Selasa, 01 Oktober 2019

Nusatembini, Kerajaan Kuno di Kabupaten Cilacap (Antara Mitos dan Sejarah)

Oleh :
Ika Ratnani

Asal-Usul Nusatembini

Kerajaan kuno? Pasti pikiran kita melayang pada masa raja-raja dan putri atau pangeran, kan? Di Cilacap sendiri telah lama berkembang mitos bahwa nenek moyang orang Cilacap adalah Ratu Brantarara, seorang siluman dari kerajaan Nusatembini. Nah lho, orang Cilacap berarti keturunan siluman? Ogah. Berbekal keingintahuan saya mengenai hal tersebut, maka buku-buku sejarah saya lahap demi mencari kebenaran dari sisi ilmiah.

Kerajaan Nusatembini itu sendiri merupakan kerajaan yang konon katanya berada di wilayah selatan Jawa, membentang dari Segara Anakan hingga Teluk Penyu di Cilacap. Ada pakar sejarah yang memperkirakan keberadaan kerajaan ini di sekitar Areal 70 yang saat ini menjadi UP IV-nya Pertamina, dimana Indonesia cuma memiliki tujuh Unit Pengolahan (UP) minyak yang dikelola Pertamina, seperti di Arun, Cepu, Cilacap, dan wilayah lain di Indonesia. 

Kerajaan Nusatembini merupakan kerajaan yang dipimpin oleh Raja Raksasa bernama Pule Bahar (Pule = pulau; Bahar = lautan/samudera). Raja ini merupakan raja Nusakambangan atau Nusatembini yang sangat sakti. Ia memiliki dua adik laki-laki dan empat puluh satu adik perempuan. Dua adik lelakinya bernama Parung Bahar dan Jurang Bahar, sedangkan menurut cerita setempat dari empat puluh satu hanya Dewi Sri Wulan, sang adik bungsu, yang abadi namanya. Kesaktian anak-anak samudera ini sangat terkenal sampai ke telinga penguasa Kadipaten Pasirluhur, seberang Sungai Serayu.

Suatu saat, kadipaten Pasirluhur mengadakan sayembara untuk mengadu kekuatan bagi calon pendamping putri sang Adipati. Raja Pule Bahar tak terkecuali tergiur mengikuti sayembara tersebut. Di utusnya Patih Pule Tembini sebagai penyambung lidah. Gayung bersambut, lamaran Raja Pule Bahar disambut oleh Adipati Pasirluhur dengan syarat-syarat khusus. Sekembalinya dari seberang Sungai Serayu, syarat yang disampaikan Patih Pule Tembini membuat adik-adik Pule Bahar was-was. Pada jenderal penguasa lautan, Sura Jeladri, Singa Laut, dan Jaya Samodra pun menaruh prasangka karena untuk meminang Dewi Ciptarasa, Raja Pule Bahar harus membawa empat puluh gadis, tidak boleh membawa senjata, dan sepanjang jalan harus dilapisi kain putih. 

Kecurigaan adik dan panglima Nusakambangan pun terbukti dengan adanya peristiwa penikaman Raja Pule Bahar oleh Ciung Wanara, seorang pangeran keturunan Pajajaran yang menyamar menjadi kera atau lutung. Dalam cerita Pasirluhur, Ciung Wanara ternyata adalah Raden Kamandaka alias Banyak Catra yang merupakan kekasih hati Dewi Ciptarasa. Rakyat Nusakambangan yang tidak terima akhirnya menyerang Pasirluhur tanpa perhitungan. Ayal, mereka gugur sebagai patriot pembela sang raja.

Melihat mitos-mitos yang berkembang, tentunya dapat dirunut perjalanan sejarah nenek moyang orang Cilacap melalui penelusuran Babad Nusa Tembini karangan A.M Kartasoedirdja pada tahun 1939 dan Babad Pasirluhur milik masyarakat Banyumas yang dipublikasikan oleh J. Knebel (1900). Selain itu, buku-buku sejarah lokal terkait dikaji untuk melihat benang merah peristiwa Nusatembini, Pajajaran, dan Pasirluhur.

Kajian Sejarah Lokal Kerajaan Nusatembini

Secara geologi, kerajaan Nusatembini berada di sebuah wilayah zona litoral atau wilayah pantai yang terangkat pada ribuan tahun yang lalu. Sebuah naskah kuno menyebutkan bahwa sekitar abad ke-2 sampai ke-4 terdapat sebuah pulau bernama Nusa Kendang yang merupakan bagian dari India. Nusa Kendang merupakan hamparan pulau-pulau yang kemudian bersatu karena letusan gunung berapi dan goyangan dahsyat gempa bumi. Sekitar tahun 296 Masehi, terjadi letusan gunung berapi yang menyebabkan sebagian wilayahnya hilang dan muncul gunung berapi baru. Pada tahun 444 Masehi, terjadi gempa bumi dahsyat yang memisahkan Tembini, daerah bagian selatan Pulau Jawa, menjadi pulau tersendiri, yaitu Nusa Barung dan Nusa Kambangan (Abimayu, 2014:22). Jadi keberadaan pulau Nusa Kambangan yang berada di bagian selatan (tembini) sudah berlangsung sekitar 1600 abad.

Dalam teks Tedhakan Serat Soedjarah Joedanagaran, bagian dari Babad Banyumas (disebutkan bahwa Pule Bahar adalah raja Sindhula atau Prabu Butawireng keturunan Mundingsari atau Muda-sari atau Mendang Wang’i yang merupakan keturunan kelima Raja Pajajaran. Nah, dari sini anggapan bahwa nenek moyang orang Cilacap adalah siluman pupus sudah. Raja Nusa Kambangan merupakan keturunan dari kerajaan di sebelah barat Sungai Serayu, yakni kerajaan Pajajaran.

Yah, setidaknya saat ini terdapat catatan sejarah yang menerangkan asal usul kami. Ke depan semoga dipertemukan dengan naskah-naskah kuno yang akan memperkuat argument ini, sehingga kami orang Cilacap, benar-benar bukan keturunan siluman.

4 komentar:

  1. Waah itu sebenarnya bisa jadi tantangan kak. Hehee

    BalasHapus
  2. Ini udah dimasukkan tantangan atau belum, say...cakep ceritanya dan baru tahu lho

    BalasHapus
  3. Iya bener, in bisa untuk tantangan4 .

    BalasHapus
  4. wow naskah naskah kuno kayak film-film

    BalasHapus