Senin, 07 Oktober 2019

Daerah Salju, Novel Peraih Nobel

Rasanya kali ini ingin kembali menulis resensi salah satu buku yang menarik.
Semoga bermanfaat ya.


                                                                   DAERAH SALJU


Nama Pengarang        : Yasunari Kawabata 

Penterjemah               : A.S. Laksana 
Tahun terbit              : 1935


    Di bawah tali jemuran itu, tampak bentangan gunung-gunung perbatasan, di puncak-puncaknya salju berkilau lembut. Di petak-petak kebun, daun-daun bawang yang berwarna hijau belum seluruhnya tertimbun salju.
Gunung itulah, satu-satunya pemandangan di tanah datar itu; dalam warna ungu tua yang kontras dengan kepucatan langit. Bulan sudah menampakkan warnanya yang samar-samar dan tidak lagi seputih siang hari, tetapi belum memancarkan kejernihan malam musim dingin yang membekukan. Tak ada satu burung di langit. Tak ada apa pun di kaki gunung yang memanjang di kiri kanan. Pada pertemuan gunung dan sungai, ada sebuah bangunan putih, …, yang tampak mencolok di tengah pemandangan senja … itulah satu-satunya yang masih selamat dari warna petang.”

            Novel prosa lirik nan indah peraih Nobel Sastra ini, memiliki setting cerita berlatar gunung salju yang membuat alur cerita seakan penuh ketenangan, datar, beku namun menyimpan sejuta gejolak pada tokohnya. Shimamura, seorang pengamat tari barat yang merasakan ketidakpuasannya pada tradisi lama dan pembaharu yang hedonis, tanpa sengaja bertemu dengan Komako, seorang geisha, dan saling jatuh cinta.

   Lagu pertama itu menyentuh sesuatu yang kosong di dasar perutnya, dan dalam kekosongan itulah suara shamisen bergema. Shimamura terkejut-atau, lebih tepat, ia terjengkang oleh sebuah pukulan telak. Terbanam dalam perasaan khidmat, dibasuh oleh gelombang penyesalan, tanpa daya, ia tak memiliki kekuatan lagi untuk melakukan apa pun, kecuali menghanyutkan dirinya pada arus yang menyeretnya, pada keriangan yang dihadirkan oleh Komako kepadanya.”

Cerita mengalir sebagaimana Shimamura dan Komako berusaha mencari pembenaran akan cinta mereka. Shimamura yang telah beranak dan istri, Komako yang juga telah mempunyai tunangan, tidak dapat melepaskan diri dari pesona masing-masing. Mereka terus bertemu di daerah bersalju itu. Hingga akhirnya mereka menyadari dan menyerah bahwa cinta mereka telah gagal sejak pertama kali mereka bertemu.

Novel berbau Jepang ini cukup menarik. Selain menambah khasanah tentang budaya Jepang tentunya pola bahasa yang digunakan juga memperkaya kosakata. Semoga bertemu dengan buku ini. Salam literasi.

6 komentar: