Kamis, 06 Februari 2020

Ulasan Novel 1

ULASAN NOVEL 1 (RCO BATCH 7)

DIMSUM TERAKHIR
by : Clara Ng (2019-Cetakan kelima)



Semua cinta yang ada akan tetap eksis. Kita hidup selamanya dalam jiwa setiap orang yang pernah kita sentuh dengan cinta.

(Clara Ng, Dimsum Terakhir : 333)


Judul : Dimsum Terakhir
Penulis : Clara Ng
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama (jaminan mutu)
Cetakan : kelima, 2019 (pasti best seller nih)
Halaman : 380 halaman (lumayan...)


Awalnya pengen baca karena judul yang disajikan berbau-bau makanan. Otomatis kepala ini berimajinasi kalau novel ini membahas makanan-makanan gitu. Akan tetapi, di luar dugaan, tidak sekedar makanan malah pola kehidupan masyarakat Cina modern dihadirkan Clara Ng dengan apik melalui empat tokohnya, Indah, Siska, Rosi, dan Novera.

Masalah berawal ketika papa perempuan kembar empat itu sakit stroke. Ya, mereka kembar identik. Tidak dua namun empat sekaligus. Lucu kayaknya punya anak kembar empat ya?

Kompleksitas konflik dimulai dari hal klise berupa tuntutan dari Sang Papa agar si kembar empat harus menikah. Sepertinya, dalam novel ini Clara Ng berimajinasi luar biasa. Hal-hal yang terkesan tabu diangkat sebagai bentuk kegelisahan penulis akan kehidupan masyarakat modern. Paradigma perempuan harus menikah dibenturkan dengan karakter tiap tokoh yang unik, yang bahkan memandang pernikahan bukanlah tujuan dalam hidup melainkan sebuah pilihan logis yang bisa diabaikan atau dimaknai dalam bentuk hubungan sakral antarmanusia.

Jalinan cerita menggambarkan seringkali konflik batin adalah cara terbaik untuk membuat cerita mengalir lebih dahsyat. Lima tokoh utama masing-masing memiliki konflik batin berkaitan dengan kehidupan percintaan mereka. Kemudian memilih antara menderita atau menjadi bahagia. Klise namun begitulah cerita mengalir dengan ending yang agak mudah ditebak, meski jalan ceritanya tidak.

Satu hal yang pasti, novel ini mengangkat tema cinta yang universal. Penerimaan utuh atas kelebihan dan kekurangan terhadap orang-orang tercinta. Bahkan keinginan untuk melindungi menjadi prioritas ketika kita menjadi seorang pencinta. Namun, rasa cinta juga selalu menghadirkan rasa takut kehilangan atas diri orang-orang yang kita cintai. Dalam novel ini, Nung, Sang Ayah mengajarkan arti mencintai melalui sebuah kematian. Sebuah kehilangan kepada anak kembar empatnya. Pokoknya keren dan ada banyak pengetahuan tentang budaya masyarakat Tionghoa unik yang akan memperkaya khasanah pemikiran kita. 

Ya, tentunya Indonesia adalah masyarakat berbhineka, jadi tidak ada salahnya sekali-kali membaca buku tentang budaya lain to? Tidak sekedar budaya yang sesuai dengan apa yang kita yakini saja. Saya yakin, membaca buku ini akan memunculkan pro kontra tentang masalah-masalah sosial yang ada di Indonesia. Nah, saya memilih bersikap netral saja. Yang terpenting, menjadi diri sendiri dan berarti bagi orang lain. Tidak perlu banyak-banyak, cukup yang bisa menerima kita apa adanya. Sederhana saja.

Selamat membaca. Salam literasi.