Minggu, 06 Oktober 2019

Memaknai Hari Pancasila Sakti

(tulisan tanggal 1 Oktober 2019 yang telat posting )

Oleh :
Ika Ratnani


 
Gestapu. Gerakan September tiga puluh atau biasa kita kenal dengan G 30 S/PKI merupakan sebuah tragedi bangsa yang terjadi di tahun 1965. Seluruh anak bangsa pasti tahu bahwa peristiwa berdarah di malam tiga puluh september begitu menguras emosi. Enam jenderal besar dan satu perwira ajudan jenderal dianiaya dengan kejam di  Jakarta. Belum lagi satu perwira polisi, satu jenderal, dan satu perwira menengah di Jogyakarta turut menjadi sasaran gerakan satu oktober dini hari.

Bagaimana proses tumbuhnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila ini di Indonesia?

Berawal dari tahun 1914, sebuah organisasi beraliran marxisme muncul di Indonesia. Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau ISDV lahir bersamaan radikalisme dan anti-kapitalis yang dibidani Dr. H. Sneevliet. Ia menganggap bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia, harus diikuti di Indonesia. Secara historis, bulan september - oktober menjadi setting pemberontakan PKI sejak tahun 1926, 1948, dan 1965.

Dalam perjalanannya, organisasi ini dilarang namun keburu mendapat simpati dari Semaun dan Darsono, anggota Serikat Islam dari Solo. Loyalitas mereka diwujudkan dengan pembentukan Partai Komunis Indonesia. Bertahun-tahun, PKI berusaha mendapatkan simpati dari masyarakat Indonesia. Namun, kekejian yang terjadi di tahun 1926 dan 1948 membuat bangsa Indonesia antipati.

Di tahun 1940-an, alih-alih komunisme, PKI di bawah pimpinan Aidit melunak bahkan sempat mendukung nasionalis dalam meraih kemerdekaan. PKI meraih suara keempat terbanyak di Pemilu 1955. Sayang sekali, meskipun mendapat suara terbanyak, PKI tak satupun mendapat jatah di kursi pemerintahan. Lagi-lagi, PKI yang menginginkan tampuk kekuasaan ingin mengganti ideologi negara, memberontak kembali.

Lalu kenapa semua tragedi ini harus terjadi?

Keinginan PKI mendirikan Republik Soviet berideologikan komunis ditentang oleh banyak pihak, terutama kaum nasionalis sejati. Paham sama rata sama rata yang diusung PKI atau organisasi turunannya bila ekstrim diterapkan, akan membawa pengaruh buruk bagi bangsa Indonesia. Keanekaragaman Indonesia dari Sabang sampai Merauke bakal musnah. Ngeri tentunya sekedar membayangkannya saja.

Tahun 1964, PKI telah menyusup diberbagai lini. NASAKOM, Nasionalis, Agama, dan Komunis menjadi pembenaran PKI melakukan berbagai aksi. Pihak militer pembela Pancasila pun telah disisipi orang-orang PKI. Seolah jumawa, PKI pun melakukan penganiayaan terhadap kaum agama. Peristiwa Bandar Betsy, penyerangan pondok pesantren di kala subuh, bahkan tuntutan adanya angkatan Kelima setelah TNI AD, AU, AL, dan Polri makin membuncah. 

Dukungan pemimpin China untuk mempersenjatai buruh dan petani membawa konflik yang serius antara PKI dan pimpinan Angkatan Darat. Ketidaksukaan PKI membuat para pemimpin TNI Angkatan Darat menjadi korban penganiayaan pada malam tiga puluh september hingga satu oktober 1965.

Duka mendalam bangsa Indonesia akibat ulah PKI. Entah konspirasi entah politisasi, yang pasti korban nyawa membuktikan bahwa bangsa ini tidak rela apabila ideologi Pancasila tergantikan ideologi lain. Falsafah Bhineka Tunggal Ika yang merangkul segala keberagaman masih begitu dibutuhkan di negara yang majemuk ini.

Pancasila sakti menjadi momen paling bersejarah sekaligus memilukan di tengah perjuangan bangsa mempertahankan kedaulatan dari rongrongan penjajah dan dari “duri” pemberontakan dalam negeri.

Abadilah Indonesiaku. Jayalah Pancasilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar