Rabu, 30 Oktober 2019

CERITA BERSAMBUNG 1


CERBER 1
TANTANGAN MINGGU KE-8 ODOP BATCH 7
TIGA SAHABAT


Ara masih bergelung di dalam hangatnya bantal guling ketika Mario dan Kania datang. Bagi Ara, hari minggu adalah waktu terbaik untuk tetap berada di dalam rumah, berhibernasi dari penatnya sekolah selama enam hari. Seharian penuh menikmati kebersamaan dan bermain dengan adik kecilnya. Namun, setelah Mario dan Kania diijinkan masuk ke kamar Ara oleh Bunda Ara, ketenangan Ara terusik. Belum sepenuhnya pulih dari rasa kantuk, Ara sudah dipaksa bangun oleh kedua sahabatnya itu. Mario dan Kania terkenal usil tapi sangat pandai dan kreatif. Saking kreatifnya mereka selalu membawa benda-benda yang kadang aneh menurut Ara. Pagi ini, ketenangan Ara berubah menjadi kegaduhan luar biasa.

“Hei, Ara! Bangunlah Benteng Pendem runtuh. Ayo kita tengok!” Seru Kania di dekat telinga Ara.

“Aduh Kania, ini budeg tahu. Mana ada Benteng Pendem runtuh. Itu kan bangunan buatan Belanda yang sangat kokoh.” Kesadaran Ara meningkat.

“Makanya, sudah tahu benteng itu kokoh ayo kita kesana siapa tahu ketemu meriam Belanda, Ra.” Mario menambahkan sambil terkekeh.

“Ah, kalian selalu antusias begini saat akan jalan-jalan. Apa kalian tidak ingin istirahat selama libur?” Tanya Ara dongkol, karena mau tidak mau Ara harus bangkit meladeni celoteh Mario dan Kania.

“Yaaaa ... begitulah.” Mario tersenyum simpul sambil melirik Kania. Mereka lalu terbahak melihat muka cemberut Ara. Manyun. Bibir Ara seperti tersedot udara ke depan dengan lirikan tajam. Bagi Mario dan Kania, saat mereka bisa membuat Ara manyun misi mereka telah berhasil. Ara sudah terkena perangkap keusilan mereka. Mario pun mencari-cari mainan lain yang menarik perhatiannya.
“Ah, rasanya aku pengin menimpuk kalian dengan bantal satu persatu, tau?” Ara segera bangkit dari tempat tidurnya. Mendekati Mario dan Kania yang kini malah tengah asyik memainkan puzzle milik Ara. 

Puzzle itu pasti mereka ambil di meja tidur sebelah kanan dekat patung seorang perempuan yang terbuat dari bambu berada.” Ujar Ara dalam hati.

“Sudahlah. Aku mandi dan bersiap dulu ya.” Lanjut Ara melihat Mario dan Kania tak bergeming dengan puzzle-puzzlenya. Ara pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap.

“Hei, Ayolah berhenti bermain puzzle. Temani aku makan sebelum kita berangkat?” Ara merajuk kepada Kania. Permainan pun terhenti. Kania hanya mengangguk dan berdiri.

“Ayo ... Aku juga belum sarapan. Masakan ibumu selalu enak dan menarik. Sudah lama aku tidak mencicipinya. Mario, bangunlah !” Seru Kania kepada Mario. 

Mario pun merapikan puzzle yang telah dimainkannya dan meletakkan kembali di meja tidur sebelah kanan dekat patung perempuan yang terbuat dari bambu. Hanya dengan anggukan, Mario tahu bahwa ia harus mengikuti dua teman perempuannya yang super duper cerewet itu.

Sementara di ruang dapur, Bunda Ara sudah mempersiapkan sarapan pagi bagi Ara dan temannya. Suasana dapur begitu menyenangkan. Ayah Ara tersenyum menyambut Ara dan kedua sahabatnya itu.

“Mari makan, Ara, Mario, Kania. Ayah menunggu sedari tadi.” Ayah Ara melambaikan tangannya memanggil agar Mario dan Kania duduk di sebelah kirinya, sedangkan Ara duduk di sebelah kanannya.

“Ayah, hari ini Ara ijin ke Benteng Pendem ya. Ada tugas dari Bu Ajeng untuk mengunjungi Benteng Pendem, Yah.” Kata Ara.

“Iya Ara. Mau diantar apa tidak, Nak?” Ayah Ara dengan bijaknya bertanya.

“Kami naik sepeda saja, Ayah. Bolehkan, Ayah?” Ara sedikit merajuk kepada Ayahnya.

“Hemm ... asalkan kalian mengendarai sepeda dengan baik dan tertib, Ayah ijinkan.” Setelah memberi ijin, Ayah Ara mempersilakan ketiganya segera makan. Denting alat makan mewarnai pagi hari ceria di rumah Ara.

Setelah sarapan pagi, Ara dan kedua sahabatnya mengambil sepeda dan bergegas menuju Benteng Pendem. Sebuah benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada masa jauh sebelum sistem tanam paksa diberlakukan, dibuat mirip dengan benteng Rijnauwen di negeri kincir angin sana.

bersambung


#TANTANGAN8_SERI1
#ODOPBATCH7
#THELASTFORTHEBEST 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar