CERBER 1
TANTANGAN MINGGU KE-8 ODOP BATCH 7
TANTANGAN MINGGU KE-8 ODOP BATCH 7
TIGA SAHABAT
Ara masih bergelung di dalam
hangatnya bantal guling ketika Mario dan Kania datang. Bagi Ara, hari minggu
adalah waktu terbaik untuk tetap berada di dalam rumah, berhibernasi dari
penatnya sekolah selama enam hari. Seharian penuh menikmati kebersamaan dan
bermain dengan adik kecilnya. Namun, setelah Mario dan Kania diijinkan masuk ke
kamar Ara oleh Bunda Ara, ketenangan Ara terusik. Belum sepenuhnya pulih dari
rasa kantuk, Ara sudah dipaksa bangun oleh kedua sahabatnya itu. Mario dan
Kania terkenal usil tapi sangat pandai dan kreatif. Saking kreatifnya mereka
selalu membawa benda-benda yang kadang aneh menurut Ara. Pagi ini, ketenangan
Ara berubah menjadi kegaduhan luar biasa.
“Hei, Ara! Bangunlah Benteng
Pendem runtuh. Ayo kita tengok!” Seru Kania di dekat telinga Ara.
“Aduh Kania, ini budeg tahu. Mana ada Benteng Pendem
runtuh. Itu kan bangunan buatan Belanda yang sangat kokoh.” Kesadaran Ara
meningkat.
“Makanya, sudah tahu benteng itu
kokoh ayo kita kesana siapa tahu ketemu meriam Belanda, Ra.” Mario menambahkan
sambil terkekeh.
“Ah, kalian selalu antusias
begini saat akan jalan-jalan. Apa kalian tidak ingin istirahat selama libur?”
Tanya Ara dongkol, karena mau tidak mau Ara harus bangkit meladeni celoteh
Mario dan Kania.
“Yaaaa ... begitulah.” Mario
tersenyum simpul sambil melirik Kania. Mereka lalu terbahak melihat muka
cemberut Ara. Manyun. Bibir Ara
seperti tersedot udara ke depan dengan lirikan tajam. Bagi Mario dan Kania,
saat mereka bisa membuat Ara manyun misi
mereka telah berhasil. Ara sudah terkena perangkap keusilan mereka. Mario pun
mencari-cari mainan lain yang menarik perhatiannya.
“Ah, rasanya aku pengin menimpuk kalian dengan bantal
satu persatu, tau?” Ara segera
bangkit dari tempat tidurnya. Mendekati Mario dan Kania yang kini malah tengah asyik
memainkan puzzle milik Ara.
“Puzzle itu pasti mereka ambil di meja tidur sebelah kanan dekat patung
seorang perempuan yang terbuat dari bambu berada.” Ujar Ara dalam hati.
“Sudahlah. Aku mandi dan bersiap
dulu ya.” Lanjut Ara melihat Mario dan Kania tak bergeming dengan puzzle-puzzlenya. Ara pun bergegas ke
kamar mandi dan bersiap.
“Hei, Ayolah berhenti bermain puzzle. Temani aku makan sebelum kita
berangkat?” Ara merajuk kepada Kania. Permainan pun terhenti. Kania hanya
mengangguk dan berdiri.
“Ayo ... Aku juga belum sarapan.
Masakan ibumu selalu enak dan menarik. Sudah lama aku tidak mencicipinya.
Mario, bangunlah !” Seru Kania kepada Mario.
Mario pun merapikan puzzle yang telah dimainkannya dan
meletakkan kembali di meja tidur sebelah kanan dekat patung perempuan yang
terbuat dari bambu. Hanya dengan anggukan, Mario tahu bahwa ia harus mengikuti
dua teman perempuannya yang super duper cerewet itu.
Sementara di ruang dapur, Bunda
Ara sudah mempersiapkan sarapan pagi bagi Ara dan temannya. Suasana dapur
begitu menyenangkan. Ayah Ara tersenyum menyambut Ara dan kedua sahabatnya itu.
“Mari makan, Ara, Mario, Kania.
Ayah menunggu sedari tadi.” Ayah Ara melambaikan tangannya memanggil agar Mario
dan Kania duduk di sebelah kirinya, sedangkan Ara duduk di sebelah kanannya.
“Ayah, hari ini Ara ijin ke
Benteng Pendem ya. Ada tugas dari Bu Ajeng untuk mengunjungi Benteng Pendem,
Yah.” Kata Ara.
“Iya Ara. Mau diantar apa tidak,
Nak?” Ayah Ara dengan bijaknya bertanya.
“Kami naik sepeda saja, Ayah.
Bolehkan, Ayah?” Ara sedikit merajuk kepada Ayahnya.
“Hemm ... asalkan kalian
mengendarai sepeda dengan baik dan tertib, Ayah ijinkan.” Setelah memberi ijin,
Ayah Ara mempersilakan ketiganya segera makan. Denting alat makan mewarnai pagi
hari ceria di rumah Ara.
Setelah sarapan pagi, Ara dan
kedua sahabatnya mengambil sepeda dan bergegas menuju Benteng Pendem. Sebuah
benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada masa jauh sebelum sistem tanam
paksa diberlakukan, dibuat mirip dengan benteng Rijnauwen di negeri kincir angin sana.
bersambung
#TANTANGAN8_SERI1
#ODOPBATCH7
#THELASTFORTHEBEST