Rabu, 30 Oktober 2019

CERITA BERSAMBUNG 1


CERBER 1
TANTANGAN MINGGU KE-8 ODOP BATCH 7
TIGA SAHABAT


Ara masih bergelung di dalam hangatnya bantal guling ketika Mario dan Kania datang. Bagi Ara, hari minggu adalah waktu terbaik untuk tetap berada di dalam rumah, berhibernasi dari penatnya sekolah selama enam hari. Seharian penuh menikmati kebersamaan dan bermain dengan adik kecilnya. Namun, setelah Mario dan Kania diijinkan masuk ke kamar Ara oleh Bunda Ara, ketenangan Ara terusik. Belum sepenuhnya pulih dari rasa kantuk, Ara sudah dipaksa bangun oleh kedua sahabatnya itu. Mario dan Kania terkenal usil tapi sangat pandai dan kreatif. Saking kreatifnya mereka selalu membawa benda-benda yang kadang aneh menurut Ara. Pagi ini, ketenangan Ara berubah menjadi kegaduhan luar biasa.

“Hei, Ara! Bangunlah Benteng Pendem runtuh. Ayo kita tengok!” Seru Kania di dekat telinga Ara.

“Aduh Kania, ini budeg tahu. Mana ada Benteng Pendem runtuh. Itu kan bangunan buatan Belanda yang sangat kokoh.” Kesadaran Ara meningkat.

“Makanya, sudah tahu benteng itu kokoh ayo kita kesana siapa tahu ketemu meriam Belanda, Ra.” Mario menambahkan sambil terkekeh.

“Ah, kalian selalu antusias begini saat akan jalan-jalan. Apa kalian tidak ingin istirahat selama libur?” Tanya Ara dongkol, karena mau tidak mau Ara harus bangkit meladeni celoteh Mario dan Kania.

“Yaaaa ... begitulah.” Mario tersenyum simpul sambil melirik Kania. Mereka lalu terbahak melihat muka cemberut Ara. Manyun. Bibir Ara seperti tersedot udara ke depan dengan lirikan tajam. Bagi Mario dan Kania, saat mereka bisa membuat Ara manyun misi mereka telah berhasil. Ara sudah terkena perangkap keusilan mereka. Mario pun mencari-cari mainan lain yang menarik perhatiannya.
“Ah, rasanya aku pengin menimpuk kalian dengan bantal satu persatu, tau?” Ara segera bangkit dari tempat tidurnya. Mendekati Mario dan Kania yang kini malah tengah asyik memainkan puzzle milik Ara. 

Puzzle itu pasti mereka ambil di meja tidur sebelah kanan dekat patung seorang perempuan yang terbuat dari bambu berada.” Ujar Ara dalam hati.

“Sudahlah. Aku mandi dan bersiap dulu ya.” Lanjut Ara melihat Mario dan Kania tak bergeming dengan puzzle-puzzlenya. Ara pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap.

“Hei, Ayolah berhenti bermain puzzle. Temani aku makan sebelum kita berangkat?” Ara merajuk kepada Kania. Permainan pun terhenti. Kania hanya mengangguk dan berdiri.

“Ayo ... Aku juga belum sarapan. Masakan ibumu selalu enak dan menarik. Sudah lama aku tidak mencicipinya. Mario, bangunlah !” Seru Kania kepada Mario. 

Mario pun merapikan puzzle yang telah dimainkannya dan meletakkan kembali di meja tidur sebelah kanan dekat patung perempuan yang terbuat dari bambu. Hanya dengan anggukan, Mario tahu bahwa ia harus mengikuti dua teman perempuannya yang super duper cerewet itu.

Sementara di ruang dapur, Bunda Ara sudah mempersiapkan sarapan pagi bagi Ara dan temannya. Suasana dapur begitu menyenangkan. Ayah Ara tersenyum menyambut Ara dan kedua sahabatnya itu.

“Mari makan, Ara, Mario, Kania. Ayah menunggu sedari tadi.” Ayah Ara melambaikan tangannya memanggil agar Mario dan Kania duduk di sebelah kirinya, sedangkan Ara duduk di sebelah kanannya.

“Ayah, hari ini Ara ijin ke Benteng Pendem ya. Ada tugas dari Bu Ajeng untuk mengunjungi Benteng Pendem, Yah.” Kata Ara.

“Iya Ara. Mau diantar apa tidak, Nak?” Ayah Ara dengan bijaknya bertanya.

“Kami naik sepeda saja, Ayah. Bolehkan, Ayah?” Ara sedikit merajuk kepada Ayahnya.

“Hemm ... asalkan kalian mengendarai sepeda dengan baik dan tertib, Ayah ijinkan.” Setelah memberi ijin, Ayah Ara mempersilakan ketiganya segera makan. Denting alat makan mewarnai pagi hari ceria di rumah Ara.

Setelah sarapan pagi, Ara dan kedua sahabatnya mengambil sepeda dan bergegas menuju Benteng Pendem. Sebuah benteng peninggalan Belanda yang dibangun pada masa jauh sebelum sistem tanam paksa diberlakukan, dibuat mirip dengan benteng Rijnauwen di negeri kincir angin sana.

bersambung


#TANTANGAN8_SERI1
#ODOPBATCH7
#THELASTFORTHEBEST 

Senin, 28 Oktober 2019

Penjaga Peradaban

PENJAGA PERADABAN

Oleh : Ika Ratnani, S.Pd.

Ketika hidup dan waktu berlomba untuk melaju,
Engkau tertatih menopang beban mimpi bangsaku.
Ketika derap perubahan berlangsung begitu kencang,
Engkau setia tuk selalu menuntun dan menopang.

Ketika berjuta masalah terserak kacaukan jiwa,
Engkau tegar hadapi segala onak duri yang merintang.
Ketika jiwa-jiwa muda asuhanmu hampir tersesat dan terhilang,
Engkau berpanjang sabar ulurkan kasih sayang.

Tuturmu lembut nan santun,
Anggun budi pekertimu penuh ketulusan,
Binar matamu cemerlang penuh gairah,
Mulia wibawa hadirkan pencerahan.

Sang Penjaga Peradaban,
Di pundakmu harapan demi harapan kami titipkan, 
Luhur agung sejajar bangsa besar di masa depan.

Guruku,
Sang Penjaga Peradaban,
Tuntaskanlah ujaran dan ajaranmu bagi negeri
Agar kami dapat menggapai anugerah Ilahi

Tuhanku

TUHAN KU

Wahai Tuhanku...
Kau adalah Tuhanku Yang Maha Agung
Kau sang pencipta alam semesta
Kau juga pencipta semua isinya
Termasuk aku

Tuhanku...
Engkau Maha Pengampun bagi hambamu
Meskipunmereka berbuat kesalahan
Selagi hambamu mau bertaubat
Engkau mengampuninya

Tuhan...
Engkau Maha Pengatur
Mungkin, manusia tak mengetahuinya
Esok, saat ajal datang
Mereka akan tahu saat menghadapmu
Tuhan...
Engkau Maha Mengetahui
Engkau mengetahui segalanya
Kesalahan kecilpun
Dan engkau mengetahui kapan ajal datang

Oh Tuhan...
Engkaulah cahaya kehidupan
Semua kehendak ditanganmu
Namun,separuh manusia tak percaya
Adanya engkau dan hari akhir
Pada saat guncangan
Pada saat petir-petir bergemuruh
Langit menjadi hitam
Gunung-gunung mengeluarkan amarahnya
Matahari di atas kepala
Bintang-bintang jejatuhan
Ketika tanah membentuk petir
Dan ketika malaikat meniup benda
Itulah salah satu bukti
KEBESARAN TUHAN

Oh Tuhanku...
Engkau Maha Adil
Engkau menciptakan manusia dengan beragam
Untuk saling menghargai satu sama lain
Dan engkau memberi cobaan
Sesuai dengan kemampuan umatmu
Sungguh ku terharu, betapa adilnya tuhanku

Oh tuhan...
Engkau bagaikan mentari pagi
Menyinari sinar yang hangat pada umatmu
Terimakasih tuhan...
Engkaulah sandaran hidupku

Pengabdian

PENGABDIAN

ODOP CHALLENGE 7


“Bu Lastri, tolong ke kelas sebelah. Saya sudah tidak tahan. Mereka pikir saya tidak kangen dengan istri saya apa?!” teriak Pak Jarot setengah tertahan. Wajahnya memerah. Dengus nafasnya memburu. Jarinya mengepal gemas berbarengan dengan rahang Pak Jarot yang mengeras. Bahu kerempeng Pak Jarot terus naik turun.

“Ada apa Pak Jarot? Sabar. Tarik nafas dulu. Tinggal satu jam pelajaran, lho Pak?” meskipun penuh tanda tanya Bu Lastri mencoba menenangkan kemarahan Pak Jarot.

“Sangirun dan Suti berciuman di kelas, Bu. Saya sedang menulis tugas di papan tulis. Cuma sebentar, eh, mereka berbuat senonoh di depan muka saya dan teman-temannya. Saya emosi, Bu.” Terang Pak Jarot kepada Bu Lastri.

“Bu Lastri tahu ‘kan, Saya sudah tiga hari tidak ketemu istri saya. Saya sudah tidak kuat. Saya akan menyeberang sekarang, Bu. Tolong beri tugas saja mereka. Saya pamit, Bu.” Pak Jarot menenteng tas ransel cokelatnya di bahu kanan. Tanpa menoleh lagi Pak Jarot melangkah ke dermaga di ujung desa Kampung Laut. Bu Lastri pun memandangi punggung Pak Jarot yang tergesa pulang. Sekolah kini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bu Lastri, meski hanya dua kelas saja.

Sejenak, ingatan Bu Lastri berputar pada tiga setengah tahun lalu ketika pertama kali tiba di Kampung Laut untuk melaksanakan tugas pengabdiannya sebagai pendidik. Kapal bermuatan dua puluh orang termasuk Bu Lastri berlabuh di sudut dermaga kecil. Papan-papan pijakan yang ditata seadanya malah disetubuhi lumut-lumut kerak. Di bawahnya tiang-tiang penyangga kusam kecokelatan bergradasi hingga keabuan. Keruh air laut bercampur kayu-kayu kecil. Berserakan terbawa arus.

Sekolah itu hanya hanya berjarak 100 meter dari ujung dermaga. Jalan masuknya berupa setapak lurus yang membentang diantara rimbun mangrove dan lautan. Bangunan sekolah menengah atas tempat pengabdian Bu Lastri tepat berada di samping kanan kiri rumah penduduk. Terlihat megah karena baru saja dibangun. Dua kelas dan satu ruang guru kiranya cukup menampung seluruh warga sekolah yang jumlahnya tak seberapa. Siswanya delapan belas dan guru cuma berenam saja. Sangat minim dibandingkan standar kelas yang seharusnya. Namun, di tempat inilah Bu Lastri benar-benar terpanggil.

Pernah suatu kali Bu Lastri menghadapi hal sepele namun penuh makna. Hampir saja terjadi konflik antara Pak Panut dengan Rio. Pak Panut yang sedang mengajar tersinggung karena Rio nyelonong keluar kelas tanpa ijin. Pak Panut bahkan rela mengejar hingga kantin untuk meminta anak didiknya kembali ke kelas lebih dahulu. Rio yang sedang kelaparan malah menggebrak meja dan mengambil bata merah diacungkan kepada Pak Panut. Postur tubuh Pak Panut yang kecil dan tinggi sebatas telinga Rio akhirnya lari terbirit menuju ruang guru mencari Bu Lastri.

Kearifan Bu Lastri mampu meredam gejolak. Pak Panut dan Rio kembali harmonis setelah Bu Lastri memberi nasihat kepada Rio. Rio yang semalam bertugas meronda begitu lapar hingga ia terpikir makan di kantin. Penjelasan yang Rio berikan dapat membuat nurani Pak Panut iba dan memaafkan Rio. Bahkan di hadapan Bu Lastri, Rio mau berubah menjadi lebih baik.

Kali ini, Bu Lastri pun bertekad mendengarkan alasan Sangirun dan Suti terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan. Bu Lastri kemudian memanggil keduanya untuk ke ruang guru.

“Irun, mengapa kamu berbuat nekat di kelas dan dan berciuman dengan Suti? Apa tidak malu dengan Pak Jarot?” Bu Lastri menyelidiki raut muka Sangirun.

“Lho Suti kan pacar saya, Bu. Masa saya tidak boleh menciumnya?” Sangirun tetap belum menyadari perbuatannya.

“Suti, kamu tidak malu?” tanya Bu Lastri singkat. Suti hanya tertunduk dan tidak berani memandang mata Bu Lastri.

“Irun, Suti, Ibu memahami kalian saling menyukai. Akan tetapi, apakah yang kalian lakukan harus dipertontonkan kepada orang lain? Tentunya orang akan risih melihat kalian. Coba, pikir baik-baik.” Nasihat Bu Lastri kepada anak didiknya itu.

Setelah terdiam lama, Sangirun menjawab, “Bu, sebetulnya saya sudah bertunangan dengan Suti. Saya sudah ingin menikah, tapi Suti bilang supaya menunggu lulus SMA. Daripada saya meninggalkan Suti, mending saya ikut saja di kelas, Bu.”

Suti yang mendengar kalimat Sangirun makin tertunduk. Setengah malu-malu, Suti berkata, “Bu Lastri, saya minta maaf kalau berbuat tidak baik, Bu. Saya memang mau menikah dengan Sangirun makanya saya mau saja dicium dia. Tapi Bu, ijinkan saya sekolah sampai selesai ya Bu.”
Bu Lastri menghela nafas panjang.

“Irun, kekasihmu masih ingin sekolah. Dukunglah dia meraih yang dicita-citakan. Bersabarlah hingga lulus nanti. Kamu sanggup, le?” tanya Bu Lastri kepada Sangirun.

“Sebetulnya berat, Bu. Tapi demi cinta, saya juga mau sekolah mendampingi Suti. Itu diijinkan tidak?” Sangirun cengar-cengir bertanya kepada Bu Lastri.

“Baiklah, asalkan kalian menjaga kesopanan, Ibu harapkan kalian bisa tuntaskan masa pendidikan kalian dengan sungguh-sungguh.” Tatapan tajam Bu Lastri seolah memastikan komitmen belajar keduanya. Dan tanpa komando, Sangirun dan Suti mengangguk bersamaan.

Kini Bu Lastri mampu bernafas lega. Tugasnya hari ini usai. Dipandangnya ruang guru yang lengang teringat rekan-rekan yang ditemuinya hanya tiga kali dalam seminggu dan membuatnya nelangsa. Setitik  air mata yang sempat jatuh segera disekanya. Bu Lastri berkemas kembali ke rumahnya yang nyaman.

Membangun Sekolah Unggul

Membangun Sekolah Unggul

Dalam sebuah kesempatan, saya belajar dari Prof. Subyantoro, M.Hum mengenai tata cara membangun sekolah unggul. Hal ini sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo yang mengharapkan Indonesia Maju, Sumber Daya Manusia Unggul. Tentunya pernyataan presiden perlu direspon dengan serius oleh seluruh aspek lapisan masyarakat agar dapat mewujudkan cita-cita luhur bangsa, yakni menjadi bangsa yang madani, sejahtera lahir dan batin.

Sekolah Unggul akan menjamin terwujudnya sumber daya manusia yang unggul pula. Nah, sekolah unggul merupakan sekolah yang memiliki sistem manajemen efektif dari efektif dari bagai dimensi.

Dimensi Leadership
Hal-hal yang mencakup dimensi kepemimpinan adalah sebagai berikut :
Iklim dan atmosfer sekolah yang kondusif
Tujuan jelas, dapat dicapai, relevan
Guru berorientasi pada pengelolaan kelas  yang baik
Adanya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pelayanan guru di dalam kelas

Dimensi Pendukung
Hal-hal yang mencakup dimensi pendukung adalah sebagai berikut :
Konsensus terhadap nilai-nilai dan tujuan
Rencana strategis bertahap
Koordinasi yang efisien dan efektif
Staf kunci yang berkelanjutan
Dukungan institusi pengambil kebijakan pendidikan

Dimensi Efisiensi
Hal-hal yang mencakup dimensi efisiensi adalah sebagai berikut :
Penggunaan waktu pengajaran yang efektif
Lingkungan sekolah dan kelas yang disiplin
Evaluasi dan umpan balik secara berkelanjutan
Kegiatan kelas terstruktur dengan baik
Petunjuk pembelajaran dipahami dan dilaksanakan dengan baik
Penguatan terhadap karakter mulia
Penekanan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang tinggi
Kesempatan untuk belajar bagi seluruh warga sekolah secara maksimal

Dimensi Efektivitas
Hal-hal yang mencakup dimensi efektivitas adalah sebagai berikut :
Harapan untuk mencapai prestasi tinggi
Reward untuk prestasi dan kinerja tinggi
Kerjasama dan interaksi dalam kelas efektif
Keterlibatan semua staf dalam peningkatan kinerja sekolah
Otonomi dalam melaksanakan proses pembelajaran sekolah
Guru memiliki empati dan kemampuan interpersonal dengan peserta didik
Akuntabilitas hasil belajar kepada seluruh stakeholder
Interaksi sesama guru yang baik

Sekolah unggul dalam berbagai dimensi tersebut di atas akan dapat menciptakan sebuah institusi pendidikan yang dapat memberikan layanan optimal kepada seluruh peserta didik dengan mengakomodasi berbagai bakat dan minat sesuai kebutuhan belajar. Kemudian dari kolaborasi antarguru dan seluruh warga sekolah, akan terwujud sekolah yang berdaya saing di tengah persaingan dunia. Terlebih faktor lain yang tak kalah penting adalah terciptanya organisasi pembelajar oleh seluruh warganya.

Teknik Akrostik

Teknik Akrostik, Teknik Menghafal dalam Pelajaran IPS

Akrostik berasal dari kata Perancis acrostiche danYunani akrostichis yang artinya sebuah sajak yang huruf awal baris-barisnya menyusun sebuah atau beberapa kata. Teknik akrostik ini merupakan bagian dari metode mnemonik yang bertujuan untuk memperkuat ingatan. Secara sederhana, teknik ini berarti memiliki kemampuan untuk menghubungkan kata-kata gagasan atau ide melalui suatu gambaran. Tujuan dari teknik ini adalah untuk mempermudah mengingat pengetahuan dan mempermudah mengingat kembali suatu informasi.

Dalam pembelajaran, teknik Akrostik menggunakan huruf kunci untuk membuat konsep abstrak menjadi lebih konkrit sehingga lebih mudah diingat. Akrostik tidak selalu menggunakan huruf pertama dan juga tidak selalu menghasilkan singkatan dalam bentuk satu kata atau frasa (Buzan, 2002:87). Sederhananya, teknik akrostik adalah menghasilkan singkatan-singkatan agar siswa mudah memahami materi-materi hafalan.

Contoh konkret penggunaan teknik ini adalah dengan cara membuat akronim seperti MEJIKUHIBINIU (MErah JIngga KUning HIjau BIru NIla dan Ungu) ketika belajar tentang pelangi. Dalam pembelajaran IPS pun perlu dibuat akronim seperti contohnya IAN KASELA RAJA SUMUR (Irian Jaya bagian selatAN Kalimantan SELAtan utaRA JAwa dan SUmatera tiMUR) ketika mengajarkan letak dan persebaran wilayah hutan mangrove. Materi lain pun dapat menerapkan teknik ini dengan mudah.

Kelebihan dari teknik mnemonik tipe akrostik adalah mengoptimalkan kinerja ingatan, meningkatkan kemampuan menghafal, menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang, mempermudah dalam memanggil informasi yang telah lama dalam ingatan, dan mengasosiasi jenis lembaga sosial, serta menggunakannya sesuai perbendaharaan konsep yang dimiliki. Sehingga apabila teknik ini dirancang dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dapat menghasilkan proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Kemudahan penggunaan teknik akrostik tentunya harus dibarengi kreativitas guru agar dapat menciptakan akronim-akronim yang menarik bagi siswa. Ke depan, pengembangan teknik menghafal akan terus berkembang dan diperbaharui.

Lembaga Sosial

RANGKUMAN MATERI IPS
BAB II
LEMBAGA SOSIAL

Jenis-Jenis Lembaga Sosial
Lembaga sosial tumbuh karena kebutuhan masyarakat untuk tujuan mendapatkan keteraturan kehidupan bersama. Jika dalam suatu masyarakat tidak ada lembaga sosial, maka kehidupan dalam masyarakat akan mengalami kekacauan.
Di dalam kehidupan masyarakat akan terlihat berbagai macam lembaga sosial yang ada, seperti halnya
Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya. Anak-anak inilah yang nantinya berkembang dan mulai bisa melihat dan mengenal arti diri sendiri, dan kemudian ia mulai dikenal sebagai individu.
Lembaga Agama
Lembaga Agama adalah sistem keyakinan dan praktek keagamaan dalam masyarakat yang telah dirumuskan dan dibakukan. Agama yang dapat menjadi pelopor dalam menciptakan tertib sosial pada masyarakat. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Bangsa Indonesia dalam lintasan sejarahnya selama beribu-ribu tahun adalah bangsa yang toleran dan terbuka.
Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi bagian dari lembaga sosial yang mengatur tata hubungan antar manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Lembaga ekonomi bertujuan mengatur bidang-bidang ekonomi dalam rangka mencapai kehidupan yang sejahtera dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
Lembaga Pendidikan
Kata pendidikan (education) berasal dari bahasa latin educare yang artinya. Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan menuju kecerdasan pengetahuan atau
dari tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Lembaga Pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Lembaga Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Kata politika yang berarti pemerintahan negara, politikos berarti kewarganegaraan, dan kata “politisi” berarti orang-orang yang menekuni hal politik.
Lembaga politik merupakan suatu lembaga yang mengatur pelaksanaan dan wewenang yang menyangkut kepentingan masyarakat agar tercapai suatu keteraturan dan tata tertib kehidupan bermasyarakat. Lembaga politik merupakan keseluruhan tata nilai dan norma yang berkaitan dengan kekuasaan.

Fungsi Lembaga Sosial
Lembaga sosial umumnya lahir berdasarkan nilai dan norma dalam masyarakat, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang disebut norma sosial yang membatasi perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Lembaga sosial yang ada di masyarakat memiliki peran dan fungsi dalam rangka mencukupi kebutuhan pokok atau dasar tiap-tiap anggota masyarakatnya.

Secara umum, lembaga sosial memiliki fungsi :
Memberi pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah yang berkembang atau muncul di lingkungan masyarakat.
Menjaga keutuhan masyarakat.
Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Akan tetapi berbagai lembaga sosial yang terdapat di dalam masyarakat mempunyai fungsi sendiri-sendiri yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Berikut fungsi masing-masing lembaga :
Fungsi Lembaga Keluarga
Fungsi Reproduksi : artinya dari pernikahan diharapkan akan memberikan keturunan.
Fungsi Proteksi : Keluarga memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik perlindungan fisik maupun yang bersifat kejiwaan. Apabila di dalam keluarga terdapat rasa aman, proses-proses sosial di dalam keluarga dapat berjalan harmonis.
Fungsi Ekonomi : Ayah mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi anak- anaknya. Pada masyarakat modern tidak menutup kemungkinan ibu juga mencari nafkah untuk membantuperekonomian keluarga.
Fungsi Sosialisasi : Keluarga berperan membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakat. Keluarga merupakan sosialisasi pertama bagi anak atau sosialisasi primer. Di dalam lingkungan keluarga, anak mulai dilatih dan diperkenalkan cara-cara hidup bersama dengan orang lain.
Agen sosialisasi :
Primer : keluarga
Sekunder : teman bermain, sekolah, lingkungan masyarakat, media massa
Fungsi Afeksi : Keluarga memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak-anaknya.
Fungsi Pengawasan Sosial : Setiap anggota keluarga, pada dasarnya saling kontrol atau saling mengawasi karena mereka memiliki tanggungjawab dalam menjaga nama baik keluarga.
Fungsi Pemberian Status : Fungsi dari status suami adalah sebagai pemimpin dalam rumah tangga pencari nafkah sedangkan seorang istri berfungsi sebagai pendamping suami dalam menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangganya. Keluarga memberikan status pada seorang anak

Fungsi Lembaga Agama
Sebagai pedoman hidup bagi manusia baik dalam kehidupan sebagai pribadi dalam hubungan dengan Tuhan, dalam hubungannya dengan manusia lain, dan hubungan dengan alam sekitar.
Sumber kebenaran. Dalam diri para penganut (umat) agama ada keinginan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara yang khas untuk mencapai kebahagiaan dan mengatasi kekurangmampuan manusia.
Pengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.
Tuntunan prinsip benar dan salah untuk menghindari perilaku menyimpang, seperti membunuh, mencuri, berjudi, dan sebagainya.
Pedoman pengungkapan perasaan kebersamaan di dalam agama diwajibkan berbuat baik terhadap sesama.
Pedoman keyakinan manusia berbuat baik selalu disertai dengan keyakinan bahwa perbuatannya itu merupakan kewajiban dari Tuhan dan yakin bahwa perbuatannya itu akan mendapat pahala, walaupun perbuatannya sekecil apapun.
Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup di dunia adalah ciptaan Tuhan semata.
Pedoman untuk rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin melalui rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama.

Ciri lembaga agama :
Memiliki kepercayaan/doktrin
Memiliki penganut/pemeluk
Memiliki symbol keagamaan
Memiliki tata cara ibadah/syariat/ritual/liturgy
Memiliki pengalaman keagamaan

Fungsi Lembaga Ekonomi
Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan.
Memberi pedoman untuk melakukan pertukaran barang atau barter.
Memberi pedoman tentang harga jual beli barang.
Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja
Memberikan pedoman tentang cara pengupahan/gaji.
Memberikan pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja (PHK)
Memberi identitas bagi masyarakat.

Fungsi Lembaga Pendidikan
Secara fundamental lembaga pendidikan berfungsi untuk mengatur pemenuhan kebutuhan terhadap pendidikan. Fungsi lembaga pendidikan ada dua macam yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifest adalah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah.

Menurut Horton dan Hunt dalam Kamanto Sunarto (2004), fungsi manifes lembaga pendidikan antara lain sebagai berikut.
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah. Dengan bekal keterampilan yang diperoleh dari lembaga pendidikan seperti sekolah maka seseorang siap untuk bekerja.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
Melestarikan kebudayaan masyarakat. Lembaga pendidikan mengajarkan beragam kebudayaan dalam masyarakat.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Sedangkan fungsi laten (fungsi yang tidak disadari ) dari lembaga pendidikan antara lain :

Mengurangi pengendalian orang tua. Keikutsertaan seorang anak dalam lembaga pendidikan seperti sekolah akan mengurangi pengendalian orang tuanya karena yang berperan saat dalam pengajaran dan pendidikan di sekolah adalah para gurunya.
Mempertahankan sistem kelas sosial. Lembaga sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan status yang ada di masyarakat. Sekolah diharapkan dapat menghilangkan perbedaan kelas sosial berdasarkan status sosial peserta didik di masyarakat.
Memperpanjang masa remaja. Adanya sekolah memungkinkan diperpanjang masa remaja dan penundaan masa dewasa.

Lembaga Politik
Merumuskan norma-norma kenegaraan dalam undang-undang yang disahkan oleh pemerintah dn di susun oleh lembaga legislatif di pemerintahan.
Menaati peraturan yang telah disusun dan disepakati bersama.
Menegakkan peraturan dan keadilan.
Menjaga ketertiban dalam negeri dan membangun rasa keamanan di dalam masyarakat agar terhindar dari penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan.
Mengusahakan kesejahteraan umum
Memberikan pelayanan pada khalayak masyarakat umum seperti dalam bidang kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahteraan dll.
Mempertahankan kedaulatan negara dari serangan dalam negeri ataupun serangan negara lain baik serangan fisik maupun ideologi.
Melakukan diplomasi dengan negara lain untuk mempererat hubungan luar negeri.

3 bentuk lembaga politik :
Lembaga Legislatif : lembaga pembuat undang-undang
Lembaga eksekutif : lembaga pelaksana undang-undang
Lembaga yudikatif : lembaga pengawas pelaksanaan undang-undang

Interaksi Sosial

RANGKUMAN MATERI KELAS VII
BAB   II
INTERAKSI SOSIAL

(Materi persiapan pembelajaran berbasis Android berbantuan QR code)

Pengertian Interaksi Sosial
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan masyarakat maka manusia disebut makhluk sosial (homo homini socius) didorong adanya gregariuosness yaitu suatu naluri untuk selalu hidup bersama dengan orang lain.
Dalam memenuhi semua kebutuhan hidupnya manusia membutuhkan bantuan manusia lainnya sehingga terjadi interaksi sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk ekonomi disebut sebagai makhluk monodualisme.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara orang perorangan, antara individu dengan kelompok, maupun antarkelompok manusia.

Faktor pendorong terjadinya Interaksi sosial :
Faktor simpati merupakan perasaan ketertarikan terhadap orang lain.
Faktor empati merupakan kemampuan untuk merasakan diri seolah-olah dalam keadaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang lain/perasaan mendalam kepada orang lain.
Faktor imitasi merupakan proses seseorang mencontoh/meniru orang lain atau kelompok.
Faktor identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama/menyamakan diri dengan orang lain.
Faktor motivasi merupakan dorongan yang didapatkan karena berpikir secara rasional.
Faktor sugesti merupakan pengaruh yang dapat menggerakkan hati orang, seperti wibawa atau kharisma.

Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
Tindakan sosial (tindakan yang melibatkan manusia lain)
Kontak sosial (kontak primer : langsung; kontak sekunder : melalui media/alat)
Komunikasi sosial (verbal dan non-verbal)

 Bentuk-bentuk Interaksi sosial :
Asosiatif : proses interaksi sosial mengarah kepada persatuan kelompok (integrasi)
Terdiri dari 3 macam, yaitu :

Kerjasama : usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Dapat berupa kerjasama :
Bargaining : jual beli barang dan jasa
Koalisi : kerjasama dua organisasi untuk tujuan yang sama
Kooptasi : penerimaan unsur-unsur baru saat ada pemimpin baru
Kerukunan : kerjasama yang terjadi secara langsung
Joint venture : kerjasama dalam proyek tertentu/penanaman modal bersama

Akomodasi : usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Dapat berupa :

Koersi : penyelesaian masalah dengan paksaan
Kompromi : penyelesaian masalah dengan mengurangi tuntutan
Arbitrasi : penyelesaian masalah dengan menghadirkan pihak ketiga yang memiliki kedudukan lebih tinggi
Mediasi : penyelesaian masalah dengan menghadirkan pihak ketiga sebagai penasehat/netral
Konsiliasi : penyelesaian masalah dengan mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai kesepakatan
Toleransi : penyelesaian masalah tanpa persetujuan formal
Stalemate : penyelesaian masalah dimana kedua pihak memiliki kekuatan seimbang sehingga menghentikan pertikaian (perang dingin)
Ajudikasi : penyelesaian masalah melalui pengadilan

Asimilasi : usaha manusia untuk mengurangi perbedaan (similiar=sama), termasuk cara-cara bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi perbedaan untuk mencapai kesatuan dalam pikiran dan tindakan.
Contohnya adalah orang orang dari Tiongkok yang tinggal di Indonesia. Warga Tiongkok yang sudah lama tinggal di Indonesia, akhirnya bisa berbahasa Indonesia dengan sangat fasih.
Akulturasi : percampuran dua kebudayaan atau lebih, namun kebudayaan asli masih nampak. Contoh : Masjid Islam kuno memiliki atap susun tiga atau lima, pakaian encim digabung dengan baju koko china.

Disosiasi : proses interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan kelompok (disintegrasi) yang mengarah pada konflik dan merenggangkan solidaritas kelompok.

Terdiri dari 3 macam, yaitu:

Persaingan (Kompetisi) : proses individu atau kelompok yang bersaing untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu
Kontravensi :  sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain yang ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan terhadap kepribadian seseorang.
Konflik (Pertentangan) : proses di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan

Pengaruh interaksi sosial terhadap pembentukan lembaga sosial :

Dalam rangka memenuhi kebutuhan itu manusia harus melakukan interaksi dengan orang lain, baik secara individu maupun secara kelompok. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang apabila dikelompokkan, terhimpun menjadi lembaga lembaga sosial. Perilaku masyarakat tersebut dapat dilihat dalam kelembagaan sosial.

Lembaga sosial adalah keseluruhan dari sistem norma yang terbentuk berdasarkan tujuan dan fungsi tertentu dalam masyarakat atau himpunan norma-norma yang berhubungan dengan kebutuhan pokok dalam masyarakat. Lembaga sosial terbentuk agar tercipta keteraturan sosial atau keselarasan sosial. Lembaga sosial mengandung nilai dan norma.

Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial adalah individu yang saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan sesuatu yang dapat mengatur perilaku manusia dan memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat. Sesuatu yang dapat mengatur perilaku tersebut ialah lembaga sosial.

Senin, 21 Oktober 2019

Tarik Ulur Saja

Tarik Ulur Saja

Kali ini aku hanya ingin berbagi
tentang cerita yang tak pernah berjalan dengan sempurna
Meski aku menikmati hidupku
Melayang diterpa angin

aku seperti layaknya layang-layang
terbang bebas lepaskan
mengikuti arah angin
Sepoi sejuk digoyang bayu

Aku menikmati hidupku
seperti layaknya layang-layang
gemulai terbawa ombak angin
dan juga kejamnya hujan

aku menikmati hidupku
seperti layaknya layang-layang
Berkelok kesana-kemari
kadang tak tentu arah

Aku menikmati hidupku
Seperti layang-layang
di tangan seorang anak yang sedang bermain
ditarik ulur nya hidup dengan senar
 yang panjang dan rentan

Aku tak tahu
Bagian mana yang kan putus..lepas
Atau pergi
aku hanya merindukan sebuah angin yang kukenal

Baling-Baling Kata

Baling - Baling Kata

Ada jutaan kata 
Yang tersimpan di tempurung kepala ku 
Namun tak sanggup 
Untuk ku ungkap 

hingga saat ini 
Kata-kata itu hanya berputar-putar 
tanpa pernah bisa keluar 
Dari muara kebingunganku

Ada jaring laba-laba rindu 
di sebelah bahuku 
yang selalu menjeratku 
membawaku terlilit dan tersekat 
oleh Bayang Bayang Semu

Aku ingin meronce matahari 
agar bisa kubawa
Kuselipkan di saku celanaku
 Dan kupersembahkan kepadamu

 aku ingin meronce matahari 
dengan benang-benang cinta 
erat dan lekat
Seperti baling-baling kata
yang tak pernah kau tahu

The Lost World, Pantai Pasir Putih Nusakambangan

The Lost World, Pantai Pasir Putih Nusakambangan

Semilir angin laut menerpa wajah kami. Saya bersama dengan sahabat-sahabat kental saya kali ini berpetualang ke sisi lain kota kelahiran kami, Cilacap. Kami bersepeda motor menuju pelabuhan Tanjung Intan yang jaraknya sekitar 10 menit dari pusat kota, untuk menyeberang ke Pulau Nusakambangan.
Foto : Tugu Nusakambangan di pintu gerbang pelabuhan

Bagi orang awam, jalan masuk ke Nusakambangan tidak mudah. Hanya ada dua jalur, yang pertama penyeberangan menggunakan kapal besar milik TNI. Yang kedua menggunakan perahu compreng dari arah pelabuhan satunya di sisi utara. Terang saja, tanah di Nusakambangan ini telah dimiliki oleh Kementerian Hukum dan HAM sehingga tidak sembarang orang dapat memasuki area Nusakambangan. Beruntung salah satu dari sahabat kami adalah petugas lapas, sehingga akses masuk lebih mudah. 

Sumber : wartakota.tribunnews.com

Setelah menaiki kapal besar pengangkut sekitar 15 menit, kami tiba di  bibir pantai sekaligus bertemu dengan penjaga gerbang. Sangar wajahnya membuat kami ngeri. Kami tetap tinggal di sepeda motor, sedangkan Agung teman kami bergegas turun meminta ijin.

Memasuki wilayah Nusakambangan, hanya ada satu jalan darat yang membelah pulau yang melindungi kota kami itu. Cukup mudah dihafalkan. Awalnya tumbuhan formasi baringtonia dan pescaprae menghiasi hutan di wilayah Nusakambangan. Awalnya beberapa spesies tumbuhan menjalar dengan akar yang mengikat pasir. Semakin  ke bagian tengah, susunan hutan Nusakambangan malah dipenuhi pohon plalar atau meranti jawa sebagai pepohonan endemik khas pulau selatan itu.

Setelah hampir 30 menit perjalanan, kami tiba di pantai Permisan. Memasuki pantai ini cukup membayar Rp. 10.000 untuk mengganti parkir motor saja. Cukup murah bukan? 

Pantai ini  memiliki ciri khas khusus yaitu terdapat tebing dengan pedang besar menancap terbalik. Keindahan pantai Permisan seolah menawarkan keterpaduan antara alam dengan budaya manusia. Horizon pantai tampak lurus memanjang memanjakan mata. Kami berlari-lari kecil mengejar ombak seperti kanak-kanak merindukan masa kecilnya.

  • Foto : Pantai Permisan

Sekitar lima belas menit kemudian, temanku Agung menawarkan untuk melanjutkan petualangan dengan berjalan kaki. Pantai tujuan kami ternyata berada dibalik hutan setelah Pantai Permisan. Tanpa pikir panjang, kami segera berkemas. Berbekal ransel kecil, kami mulai menyusuri hutan waru yang membentang. Jujur, kami agak takjub. Semakin melangkah, pasir hitam mulai menghilang berganti pasir putih. Kemilau remah-remah karang pun nampak indah di mata kami.

Setelah bersusah payah di terik mentari, kami akhirnya menemukan sebuah pemandangan luar biasa indah. Bentangan pasir putih dengan debur ombak dan batu karang yang masih perawan ada di hadapan kami. Bak anak kecil menemukan harta karun, kami memunguti kerang-kerang besar dan menyimpannya di saku celana kami. Perlahan langkah kami tiba di batu karang yang memiliki ceruk-ceruk di dalammnya. Tidak sampai hitungan menit, tubuh kami sudah berkubang di dalam ceruk karang itu.

Foto : Beberapa putri duyung jejadian :)

Saya dan teman-teman perempuan bermain seperti putri duyung. Melambai-lambaikan kaki seolah bersisik membuai ombak. Betapa tenang suasana pantai ini.  Sekeliling pantai terlindung dari ombak besar. Karang-karang besar di balik ceruk membuat pantai ini seakan tersembunyi dari dunia luar.
Foto : Tebing Besar di pantai pasir putih

Petualangan di pantai pasir putih Nusakambangan ternyata membawa hikmah. Salah satu teman kami ternyata mendapat jodoh lantaran bertemu di pantai itu. Benar-benar penuh kenangan

_pantai pasir putih 2009_

Mengenal Gen Z

Mengenal GEN Z


Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat ternyata berdampak luar biasa dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kecerdasan dan kecanggihan yang telah dicapai manusia membawa era baru berbasis otomatisasi dan komputerisasi, yang biasa kita kenal dengan revolusi  industri 4.0 . Munculnya fenomena Big Data, Internet of Things, Artificial Intelligence, Virtual Reality, 3D Printing bahkan masih banyak lagi, menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia jaman sekarang.

Generasi yang lahir era tahun 1980-an seringkali disebut sebagai generasi jaman old. Namun bagi anak-anak yang terlahir di tahun 1998 hingga 2012, mereka terlahir dengan sebutan Gen Z. Menurut Don Tapscot, generasi  Z ini sedang mendominasi bangku sekolah mulai kelas 3 SD hingga tahun akhir perguruan tinggi.

Dalam buku Generasi Z karya David Stillman dan Jonah Stillman (2018), ada beberapa karakteristik Gen Z yang perlu kita kenali dan pahami, yaitu :

Figital 
Bagi anak-anak Generasi Z,  jarak antara yang fisik dan yang digital semakin tipis (=figital). Bagi Gen Z, dunia  maya (virtual) merupakan bagian dari realitas. Dunia adalah perpaduan antara  yang fisik dan digital, keduanya tak ada bedanya. 

Pembelajaran yang hanya menyampaikan informasi akan membuat generasi Z merasa jenuh. Mereka percaya bahwa apa yang disampaikan guru  dapat diperoleh di internet, bahkan lebih banyak, lebih lengkap. Tidak hanya  dapat diakses dalam format teks, tetapi juga gambar dan video klip. 

DIY – Do It Yourself
Ketika Gen Z mengerjakan tugas dari guru, meneliti, atau mencari bahan, atau sekedar menjalankan hobby, mereka akan mengakses Google atau YouTube . Jika bukan Google, mereka akan mengajukan pertanyaan kepada jejaring pribadi mereka dan biasanya dalam beberapa menit mendapat sejumlah jawaban. Masalahnya, kredibilitas informasi yang diakses tidak selalu sejalan. Namun, inilah yang sedang terjadi. Bahkan seorang atlet juara dunia lempar lembing Julius Yego dari Kenya –  tidak hanya belajar sendiri, tapi menjadikan video youtube sebagai satu-satunya pelatih – telah menaikkan standar di balik makna melakukan sesuatu sendiri. Kekuatan teknologi.

Hiper-Kustomisasi
Gen Z sangat menyukai hal-hal yang terpersonalisasi. Mereka berusaha menyesuaikan banyak hal sesuai dengan kebutuhan, bahkan seleranya sendiri. Fokus Gen Z adalah belajar menemukan, menafsirkan, dan memanfaatkan informasi berdasarkan kebutuhan mereka. 

Resikonya mereka menganggap bahwa mereka selalu benar. Bahkan lebih buruk lagi, mereka akan berpikir tidak ada sudut pandang lain yang perlu dipertimbangkan.

Realistis
Gen Z adalah generasi yang realistis dalam mencari peluang. Kewajiban yang harus dijalankan gen Z harus se-konkrit dan sejelas mungkin.  Gen Z menginginkan bukti nyata di balik pernyataan yang kita buat.  Pembelajaran dengan skenario dunia nyata lebih sesuai untuk Gen Z. Tujuannya untuk menunjukkan hal-hal yang mereka pelajari berguna bagi masa depan mereka.

Weconomist
Beberapa tahun ini kita bisa menikmati fenomena “sharing economy”. Salah satu wujudnya antar lain adalah taksi atau ojek online. Bagi Gen Z, memberi dan berbagi sudah melekat pada diri mereka. Gen Z juga melihat perlunya memiliki banyak akal – We-sourceful. 
Konsekuensinya, kita harus bersiap mendidik mereka untuk mengadopsi “kecakapan berbagi” dan  berbagi kecakapan.  Melibatkan mereka dalam aktivitas pembelajaran yang memungkinkan mereka untuk saling berkolaborasi akan lebih sesuai bagi mereka. 

Fear of missing out – Takut melewatkan sesuatu
Generasi Z berusaha untuk selalu terkoneksi. Terkoneksi dengan informasi dan teman sebaya ibarat bernafas bagi generasi Z. Jika tidak terhubung mereka merasa seakan ada yang tidak beres. 
Kebanyakan orang berpikir mereka adalah multitasker. Faktanya,  Gen Z tidak mahir multitasking. Mereka mahir dalam task-switching, yaitu berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dengan mulus dan sering. Karena itu generasi ini mudah teralihkan dengan rentang perhatian pendek รจ kurang mendalam. 

Terpacu 
Satu perbedaan besar antara millennial dan Gen Z adalah Gen Z lebih kompetitif. Gen Z adalah generasi yang sangat terpacu. Sementara millennial merupakan generasi yang sangat kolaboratif. Dengan terpacu Gen Z akan melesat maju. Gen Z terprogram untuk mengambil keputusan secepat kilat. Sulit membayangkan mereka meninggalkan pekerjaan atau keluar dari internet dan mengendapkan dulu sampai besok, membiarkan semua informasi benar-benar meresap.


Setelah mengenal ketujuh ciri di atas, tentunya sebagai orang tua dan pendidik kita juga harus menyesuaikan diri dengan pola belajar mereka. Harapannya tentu saja agar anak-anak Gen Z ini dapat berkembang sebagai mana layaknya dan dapat memaksimalkan potensi mereka seoptimal mungkin.

STEM, Amunisi Baru Pendidikan

STEM, Amunisi baru bagi pendidikan

Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti sebuah kegiatan penyegaran bagi guru. Tentunya kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan adanya kebutuhan yang mendesak agar guru-guru semakin mawas diri, terus menerus memperbaharui diri seiring perkembangan jaman.

Drs. Supardi, M.Pd., seorang dosen sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Negeri Yogyakarta menjadi narasumber kegiatan kali ini. Pengalaman beliau sebagai konsultan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI meyakinkan kami untuk mereguk ilmu sebanyak-banyaknya kepada beliau.

Doktor Pardi memperkenalkan sebuah metode pembelajaran baru, yaitu STEM. STEM merupakan kepanjangan dari Sains, Technology, Enginering, and Math. Gagasan mengintegrasikan sains, teknologi, teknik dan matematika dalam pembelajaran pembelajaran bermula dari degradasi minat siswa terhadap sains dan ilmu pengetahuan. Padahal ruh kemajuan sebuah bangsa berawal dari sains dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, STEM dilaksanakan agar siswa memiliki minat kembali dalam bidang tersebut.

Sains. Pembelajaran dengan sains dikaitkan dengan pengetahuan, hukum-hukum dasar, serta konsep-konsep yang berlaku di alam.

Teknologi. Pembelajaran menggunakan teknologi tidak hanya sekedar  alat, namun juga keterampilan untuk mengatur masyarakat, mengorganisasi pengetahuan, mendesain, serta menggunakan alat buatan yang memudahkan pekerjaan.

Enginering. Pengetahuan teknik dalam proses pembelajaran mencakup pengetahuan untuk mengoperasikan atau mendesain sebuah prosedur untuk menyelesaikan masalah.

Math. Keahlian bernalar dan dan berlogika dalam hal ini didukung kemampuan menghubungkan angka dan ruang yang hanya membutuhkan logis tanpa/disertai bukti empiris.

Ciri pembelajaran STEM tersebut nampak pada gambar berikut :


Adapun langkah pembelajaran menggunakan STEM adalah sebagai berikut,

Muhammad Syukri dkk (2013: 109) menjelaskan pembelajaran STEM memiliki lima tahap dalam pelaksanaannya di kelas yaitu observe, new idea, innovation, creativity, dan society yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengamatan (observe), dalam tahap ini peserta didik dimotivasi untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai fenomena/isu yang terdapat dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang memiliki kaitan dengan konsep mata pelajaran yang diajarkan.

2) Ide baru (New Idea), dalam tahap ini peserta didik mengamati dan mencari informasi tambahan mengenai berbagai fenomena atau isu yang berhubungan dengan topik mata pelajaran yang dibahas, selanjutnya peserta didik merancang ide baru. Peserta didik diminta mencari dan mencari ide baru dari informasi yang sudah ada, pada langkah ini peserta didik memerlukan ketrampilan menganalisis dan berfikir keras.

3) Inovasi (Innovation), langkah inovasi peserta didik diminta untuk menguraikan hal-hal yang telah dirancang dalam langkah merencanakan ide baru yang dapat diaplikasikan dalam sebuah alat.

4) Kreasi (Creativity), dalam langkah ini merupakan pelaksanaan dari hasil pada langkah ide baru.

5) Nilai (society) merupakan langkah terakhir yang dilakukan peserta didik yang dimaksud adalah nilai yang dimiliki oleh ide yang dihasilkan peserta didik bagi kehidupan sosial yang sebenarnya.

STEM diharapkan dapat menjadi amunisi yang handal untuk memecahkan permasalahan di abad 21 sekaligus membekali peserta didik dengan kemampuan yang cukup di masa depannya nanti.