MERAWAT SAMPAH, MERAWAT DUNIA
REMAJA PEDULI SAMPAH DAN
LINGKUNGAN
oleh :
Ika Ratnani
Remaja.
Banyak orang bilang masa kini
adalah masa yang sulit. Perubahan fisik, penyesuaian lingkungan baru terkadang
membuat seorang remaja menjadi minder.
Nah, ada banyak hal positif yang bisa dilakukan
untuk mengatasi perasaan minder tersebut. Salah
satunya mengatasi perasaan minder adalah
dengan cara berlatih berorganisasi, melalui organisasi
sekolah, seperti Palang
Merah Remaja (PMR). Kegiatan
di dalam ekstrakurikuler PMR ternyata
mampu membangun kepercayaan diri sekaligus mengasah sisi
kemanusiaan remaja. Apalagi banyak isu-isu sosial yang dibahas dalam kegiatan PMR seperti sampah.
Remaja,
Penyumbang Sampah
Sebagai contoh, saat ini banyak anak muda yang tidak
peduli dengan lingkungannya.
Seringkali terlihat sampah
berceceran dimana-mana. Padahal jumlah remaja di Indonesia paling banyak lho
!!! Berarti penyumbang sampah terbanyak adalah remaja ya ???
Kita bayangkan saja, tahun 2010 lalu telah diadakan
Sensus Penduduk (itu Kawan...kegiatan
pencacahan/penghitungan jiwa penduduk), kalau misalnya ada 7 juta remaja yang
dalam sehari membuang sampah 1 kilogram, coba pikirkan ada berapa banyak sampah
setiap
harinya ???
Apakah tahun – tahun yang akan datang kita
mau hidup
ditimbun sampah ???
Apakah
remaja hanya diam saja ketika melihat sampah di sekitar kita ???
Sampah
Organik dan Non-Organik
Sampah
dianggap sebagai barang sisa yang telah digunakan manusia. Sampah dianggap
tidak memiliki harga. Oleh karenanya, jarang ada orang yang tertarik mengelola
sampah dari kalangan remaja. Padahal jika sampah diolah dengan baik, akan
menghasilkan hal yang bermanfaat.
Nah, sampah itu sendiri ada banyak macamnya. Yang
paling penting untuk dikenali adalah sampah
organik
dan sampah
nonorganik. Sampah
organik merupakan sampah yang membusuk, seperti sayuran, makanan, daun
– daunan, dan lain-lain.
Sampah jenis ini bisa
dikatakan sebagai sampah basah. Sampah non-organik
adalah sampah yang tidak mudah membusuk, seperti botol, kaleng bekas, kertas
bekas, kemasan minuman, dan
lain-lain. Sampah
nonorganik dikatakan sebagai sampah
kering. Kedua jenis sampah ini dapat diolah dan dimanfaatkan kembali.
Strategi 3
L (Laci, Lantai, Lingkungan Sekitar) di Sekolah
Permasalahan
yang muncul adalah “Bagaimana cara
kita,
sebagai remaja masa kini,
memperlakukan sampah ? “
Penanganan sampah bisa dimulai dari 3 L (Laci, Lantai, Lingkungan
Sekitar). Kebersihan bisa dimulai dari hal yang kecil seperti selalu menengok
laci meja di sekolah, menjaga kebersihan lantai, dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar sekolah.
Laci.
Kebersihan laci meja sangat
penting karena laci meja
sering dijadikan tempat penyimpanan sampah sementara di kelas. Untuk
menciptakan suasana belajar yang
nyaman, sebaiknya laci
meja selalu dijaga kebersihannya. Sampah – sampah
nonorganik dibuang pada tempat sampah yang sesuai.
Lantai. Setelah kebersihan laci meja terjaga, kebersihan lantai juga
sangat penting. Lantai yang bersih dan bebas dari sampah bisa membuat kita jadi
nyaman. Seringkali perasaan jijik
dan enggan harus dilawan demi sampah. Kita perlu juga
untuk mengepel lantai satu minggu sekali.
Lingkungan sekitar. Kita
bayangkan apabila laci meja
dan lantai sudah bersih, tinggal lingkungan sekitar yang harus
diperhatikan. Hal yang paling mudah kalau tidak menemukan tempat sampah adalah
mengantongi sampah tersebut terlebih
dahulu. Selain itu, juga
harus dilaksanakan pengurangan penggunaan plastik.
Nah,
kalau
sampah sudah dikelola dengan baik, minimal kita
tahu
kemana harus membuang sampah dan cara menjaga
kebersihan lingkungan sekitar, maka bumi ini akan
terawat dengan baik. Seperti halnya merawat diri sendiri. Mari rawatlah bumi dengan memperlakukan sampah secara
istimewa!
PMR Love CLEAN.
Nice, Salah satu penyumbang sampah terbesar juga harus menjadi salah satu pembersih sampah terbesar.
BalasHapusSemangat, anak muda ✊✊✊
BalasHapusPerlu kesadaran khusus untuk tidak membuang sampah sembarangan,,
baru tahu tentang laci-lantai-lingkungan ini, keren, informatif.
BalasHapusSuaii kaak.. :)
BalasHapusSeneng deh tulisannya bisa menjadi pengingat untuk peduli lingkungan
BalasHapusKetika membaca remaja penyumbang sampah, jadi keinget kalo perpustakaan penyumbang global warning terbesar
BalasHapusKak ditambahkan dong tabungan jelantah misalnya...supaya bisa diolah untuk peruntukan alternatif yang aman...
BalasHapus