The Lost World, Pantai Pasir Putih Nusakambangan
Semilir angin laut menerpa wajah kami. Saya bersama dengan sahabat-sahabat kental saya kali ini berpetualang ke sisi lain kota kelahiran kami, Cilacap. Kami bersepeda motor menuju pelabuhan Tanjung Intan yang jaraknya sekitar 10 menit dari pusat kota, untuk menyeberang ke Pulau Nusakambangan.
Foto : Tugu Nusakambangan di pintu gerbang pelabuhan
Bagi orang awam, jalan masuk ke Nusakambangan tidak mudah. Hanya ada dua jalur, yang pertama penyeberangan menggunakan kapal besar milik TNI. Yang kedua menggunakan perahu compreng dari arah pelabuhan satunya di sisi utara. Terang saja, tanah di Nusakambangan ini telah dimiliki oleh Kementerian Hukum dan HAM sehingga tidak sembarang orang dapat memasuki area Nusakambangan. Beruntung salah satu dari sahabat kami adalah petugas lapas, sehingga akses masuk lebih mudah.
Sumber : wartakota.tribunnews.com
Setelah menaiki kapal besar pengangkut sekitar 15 menit, kami tiba di bibir pantai sekaligus bertemu dengan penjaga gerbang. Sangar wajahnya membuat kami ngeri. Kami tetap tinggal di sepeda motor, sedangkan Agung teman kami bergegas turun meminta ijin.
Memasuki wilayah Nusakambangan, hanya ada satu jalan darat yang membelah pulau yang melindungi kota kami itu. Cukup mudah dihafalkan. Awalnya tumbuhan formasi baringtonia dan pescaprae menghiasi hutan di wilayah Nusakambangan. Awalnya beberapa spesies tumbuhan menjalar dengan akar yang mengikat pasir. Semakin ke bagian tengah, susunan hutan Nusakambangan malah dipenuhi pohon plalar atau meranti jawa sebagai pepohonan endemik khas pulau selatan itu.
Setelah hampir 30 menit perjalanan, kami tiba di pantai Permisan. Memasuki pantai ini cukup membayar Rp. 10.000 untuk mengganti parkir motor saja. Cukup murah bukan?
Pantai ini memiliki ciri khas khusus yaitu terdapat tebing dengan pedang besar menancap terbalik. Keindahan pantai Permisan seolah menawarkan keterpaduan antara alam dengan budaya manusia. Horizon pantai tampak lurus memanjang memanjakan mata. Kami berlari-lari kecil mengejar ombak seperti kanak-kanak merindukan masa kecilnya.
- Foto : Pantai Permisan
Sekitar lima belas menit kemudian, temanku Agung menawarkan untuk melanjutkan petualangan dengan berjalan kaki. Pantai tujuan kami ternyata berada dibalik hutan setelah Pantai Permisan. Tanpa pikir panjang, kami segera berkemas. Berbekal ransel kecil, kami mulai menyusuri hutan waru yang membentang. Jujur, kami agak takjub. Semakin melangkah, pasir hitam mulai menghilang berganti pasir putih. Kemilau remah-remah karang pun nampak indah di mata kami.
Setelah bersusah payah di terik mentari, kami akhirnya menemukan sebuah pemandangan luar biasa indah. Bentangan pasir putih dengan debur ombak dan batu karang yang masih perawan ada di hadapan kami. Bak anak kecil menemukan harta karun, kami memunguti kerang-kerang besar dan menyimpannya di saku celana kami. Perlahan langkah kami tiba di batu karang yang memiliki ceruk-ceruk di dalammnya. Tidak sampai hitungan menit, tubuh kami sudah berkubang di dalam ceruk karang itu.
Foto : Beberapa putri duyung jejadian :)
Saya dan teman-teman perempuan bermain seperti putri duyung. Melambai-lambaikan kaki seolah bersisik membuai ombak. Betapa tenang suasana pantai ini. Sekeliling pantai terlindung dari ombak besar. Karang-karang besar di balik ceruk membuat pantai ini seakan tersembunyi dari dunia luar.
Foto : Tebing Besar di pantai pasir putih
Petualangan di pantai pasir putih Nusakambangan ternyata membawa hikmah. Salah satu teman kami ternyata mendapat jodoh lantaran bertemu di pantai itu. Benar-benar penuh kenangan
Uwow pantai...
BalasHapusMirip yang di aku hehe
Di jaman kapan ya nggak eh belum kesampaian main ke pasir putih yang masyhur ini
BalasHapusWaaah, butuh bantuan Ika ini mah biar menjelajah tempat² indah di Pulau Nusakambangan...
BalasHapusNusakambangan dong ...
BalasHapusOverall mahal ngga kak? 😬😬