Minggu, 03 November 2019

CERITA BERSAMBUNG 2

CERBER
TANTANGAN MINGGU KE-8 ODOP BATCH 7


SUSUR RUANG


Setapak jalan yang dilalui Ara, Mario, dan Kania terasa membakar. Betapa tidak suhu udara di musim kemarau ditambah adanya badai tropis membuat udara di timur pantai Teluk Penyu itu begitu tinggi. Baru masuk pintu gerbang benteng saja, Ara sudah berkali-kali minum putih. Untung saja Ayahnya membekali ketiganya dengan air minum yang cukup.

Sekeliling Benteng Pendem terlihat lengang. Baru sepertiga hari memang. Ara, Mario, dan Kania segera bergegas menuju sisi selatan benteng. Beberapa bangunan terlihat baru. Kania mengambil potret sebelum melangkah bersama kedua sahabatnya. Sekitar lima meter dari tempat Kania mengambil gambar, ketiganya melihat kanal dengan air yang berwarna hijau. 

“Eh, itu kenapa airnya hijau ya?” Tanya Kania kepada Ara.

“Entahlah, mungkin ada ganggang hijau di dasar sungai itu. Hai, Mario ... kenapa diam saja?” Jawab Ara sekenanya sambil melotot kepada Mario.

“Ah, sudah ... ayo masuk saja. Tuh lihat, bukit kecil itu benteng. Tingginya sekitar 1 – 3 meter. Keren kan? Sayang orang Indonesia hanya jadi pekerjanya. Bukan arsiteknya.” Mario lantas menggaruk-garuk kepalanya sambil terus berjalan.

“Woow ... temboknya tebal sekali ya.” Ara begitu takjub melihat bangunan benteng setebal lima tapak tangan orang dewasa itu.

“Jendelanya melengkung. Eh, tapi serem nih. Coba masuk ke dalam yuk.” Kata Mario memasuki ruang penjara luar.

“Mario, ini bener ruang penjara? Kok sempit begini? Terbuka juga? Ini sebelahnya malah ruang senjata. Apa mungkin para penjajah berpikir untuk men-dor ­saja tawanan yang akan melarikan diri ya?” Kening Kania berkerut bak profesor sejarah. 

“Yang pasti ruang-ruang ini jadi saksi sejarah kekejaman bangsa Belanda terhadap bangsa kita, kan. Bu Ndari pasti ingin kita belajar hal ini.” Pelan namun mendalam perkataan Ara seperti tersadar akan pelajaran sejarah yang sering membuanya bosan.

“Yuk ... jalan lagi. Di depan ada bukit memanjang. Pasti benteng juga kan? Luas sekali ya.” Seru Kania penuh semangat.

---

Ketiganya menelusuri ruang demi ruang. Meskipun terbersit rasa takut, jiwa petualang mereka menggelegak hingga ke ubun-ubun. Di samping parit besar yang berdekatan dengan Segara Anakan, ketiganya bertemu dengan seorang penjaga, Pak Kardi.

“Sedang jalan-jalan, Nak?” Tanya Pak Kardi santun kepada tiga sahabat.

“Iya, Pak.” Jawab mereka serempak kepada Pak Kardi.

“Apa kalian memang sengaja ke sini atau karena ada tugas dari guru kalian?” Lanjut Pak Kardi.

“Kami memang diberi tugas guru kami untuk mempelajari Benteng Pendem, Pak. Namun, kami takjub melihat bangunan-bangunan kokoh ini masih bertahan ratusan tahun.” Mario menjawab dengan sopan.

“Benteng ini bukan satu-satunya, Nak. Ada beberapa benteng lagi di Karang Bolong sana. Nun jauh di sudut selatan pulau Nusakambangan. Singgahlah apabila kalian sempat nantinya.” Pak Kardi menerawang jauh menembus tembok benteng.

“Pak, ruangan di depan situ kok jendelanya melingkar? Kecil pula. Ruangan apa itu, Pak?” Mario penasaran melihat susunan bata merah rapi yang berbentuk memanjang di depannya.

“Itu terowongan, Nak. Kalian berani masuk? Kebetulan di musim kemarau airnya surut. Coba kalian datang di musim hujan, pasti tubuh kalian tenggelam kalau masuk ke sana.”Pak Kardi terkekeh melihat ketiga anak kecil di depannya.

“Kami mau masuk, Pak. Apakah boleh?” Tanya Ara.

“Tentu saja boleh. Bapak akan mendampingi kalian. Kata orang ada jalan menuju ke pulau seberang, Nak. Ayo kita berpetualang ke dalamnya.” Senyum Pak Kardi penuh arti.

Ketiga sahabat kemudian memasuki ruang terowongan. Hawa pengap dan apak air laut memenuhi rongga pernafasan mereka. Lantai-lantai licin penuh lumpur pun terasa lengket di sepatu kets mereka. Ara, Mario, dan Kania girang mengikuti langkah Pak Kardi yang membimbing mereka. Ketika menyalakan lampu senter pada ponsel, tiba-tiba dari sudut kanan Ara muncul cahaya terang sekali seperti menyambar tubuh. Mereka bahkan menutup mata karena terlalu silau. Kaki mereka seperti terseret lumpur yang diinjak. Mereka jatuh dan berguling-guling. Entah apa yang dialami ketiga sahabat itu.
                                                                                                                                                                Bersambung Part 3.


#TANTANGAN8_SERI2
#ODOPBATCH7 
#THELASTFORTHEBEST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar