Setiap orang yang mendengar
tentang Nusakambangan, selalu terkesan dengan kata “bui” atau penjara. Pulau
yang terletak di selatan Jawa ini memang terkenal sebagai penjara Alcatraz-nya
Indonesia. Banyak narapidana kelas berat yang “terdampar” di pulau ini.
Kriminalitas narkoba, pembunuhan, korupsi, bahkan pelaku terorisme seakan
membisu jika meja hijau mengetok palu dan menyebut Nusakambangan. Pulau yang
seolah-olah terisolasi dan dikelilingi lautan ini memang mengerikan apabila
narapidana berani melarikan diri. Kanan kiri, utara selatan bertemu hanya
dengan lautan. Mampu berenang menyeberangi Samudera Hindia? Tergantung sedalam
apa cintamu? Ihiiiiiir.
Namun di balik horornya
Nusakambangan, keberadaan pulau ini merupakan anugerah dari Tuhan. Pasalnya
tanpa Nusakambangan, posisi kota Cilacap yang tepat berada di Teluk Penyu timur
Nusakambangan akan terhempas jika (amit-amit
jabang bayi, semoga tidak) terjadi tsunami, seperti di tahun 2006 yang
menelan ratusan jiwa. Nah, kali ini di ODOP Batch 7 hari kedua, saya akan
memperkenalkan tanah air kelahiran saya, Pulau Nusakambangan .
Letak Geografis
Pulau Nusakambangan berbentuk
memanjang sekitar 36 kilometer dengan lebar antara 6-8 kilometer (M. Unggul
Wibowo, 2001: 3). Letaknya di selatan Pulau Jawa berimpit dengan wilayah
semenanjung Kota Cilacap. Jarak antara kota Cilacap dengan Pulau Nusakambangan
itu sendiri hanya sekitar 1 kilometer. Dekat, bukan? Cukup naik perahu compreng
sekitar 10 menit, sampailah di ujung pulau ini.
Hampir sebagian besar wilayah
Nusakambangan terdiri dari hutan lebat. Topografi
atau bentuk muka buminya berbukit-bukit (ketinggiannya kurang dari 500 meter)
dan hanya 0 – 50 m dpal. Meskipun demikian, pulau Nusakambangan tidak melulu
sekedar penjara atau hutan melainkan terdapat pemanfaatan lahan lainnya
seperti, hutan cagar alam, perkebunan karet dan kelapa, sawah, rawa, dan
lainnya. Bahkan pada saat Belanda kalah dari Jepang tahun 1942, pelabuhan
Tanjung Intan menjadi jalur pelarian orang-orang Belanda ke arah Australia.
Perlindungan Nusakambangan bagi Kota Cilacap
Melihat peta di atas, wilayah
Cilacap yang berupa dataran rendah dan rawa berada di atas ketinggian 0 – 7 m
dpal. Sedangkan wilayah Pulau Nusakambangan sebagian besar didominasi
perbukitan kapur yang memanjang.
Secara geologis, Pulau Nusakambangan terbentuk akibat zona penunjaman (subduksi) antara lempeng Indo-Australia yang menunjam masuk ke dalam lempeng Eurasia. Wilayah tabrakan lempeng tersebut mengangkat zona litoral (kedalaman 0 – 20 m di bawah permukaan air laut) dan muncul menjadi pulau karang seperti sekarang. Bukti keberadaan Nusakambangan yang semula dasar laut nampak dari adanya perbukitan kapur yang memanjang bahkan ke arah utara sampai dengan wilayah Jeruklegi, Gandrungmangu, bahkan Kawunganten. Bukit kapur yang terbentuk dari endapan karang masih dijumpai hingga sekarang. Nah, posisi perbukitan Nusakambangan yang lebih tinggi dari kota Cilacap inilah yang menamengi wilayah kelahiran tercinta dari ancaman tsunami.
Secara geologis, Pulau Nusakambangan terbentuk akibat zona penunjaman (subduksi) antara lempeng Indo-Australia yang menunjam masuk ke dalam lempeng Eurasia. Wilayah tabrakan lempeng tersebut mengangkat zona litoral (kedalaman 0 – 20 m di bawah permukaan air laut) dan muncul menjadi pulau karang seperti sekarang. Bukti keberadaan Nusakambangan yang semula dasar laut nampak dari adanya perbukitan kapur yang memanjang bahkan ke arah utara sampai dengan wilayah Jeruklegi, Gandrungmangu, bahkan Kawunganten. Bukit kapur yang terbentuk dari endapan karang masih dijumpai hingga sekarang. Nah, posisi perbukitan Nusakambangan yang lebih tinggi dari kota Cilacap inilah yang menamengi wilayah kelahiran tercinta dari ancaman tsunami.
Terkadang sebagai manusia ada
ketakutan terhadap bencana alam. Namun, bahwa segala sesuatu terjadi indah dan
tepat pada waktuNya menjadikan masyarakat Cilacap tetap mawas diri sembari
berupaya melakukan upaya-upaya mitigasi.
Pulau Bui yang mistis dan horor, kini
tak lagi menakutkan. Bagi masyarakat
Cilacap, perlindungan alamiah yang diberikannya menambah keimanan kami
kepadaNya, bahwa Ia selalu menjaga seperti bola mataNya.
Semoga bermanfaat.
Salam literasi.
Tanaman khasnya disana apa Kak? Apakah ada bambu yang berbeda dari pulau lain, haha maafkan pertanyaan ini saya terfokus pada background blog nya
BalasHapusAda tanaman plalar..itu endemik nusakambangan. Ada juga petani kayu putih lho..pulau kecil tapi banyak potensi
HapusTerima kasih ilmunya.👍
BalasHapusSama sama 😊
Hapusyang orang lain lihat seramnya saja sebagai pulau penjara tapi ternyata juga berfungsi sebagai pelindung dari bencana sunami, ilmu baru nih. terima kasih telah berbagi ya kak.
BalasHapusSama sama..saling mendoakan keselamatan negeri ini ya
HapusSemua ciptaanNya itu indah.. Jadi terbesit nak bekunjung kesana
BalasHapusSilahkan berkunjung..ada pantai pasir putih, ada benteng pendem, ada gua karang bolong..objek wisatanya banyak kak
HapusTapi kalau lgi di pantai nya masih berasa serem kalau inget banyak yg di eksekusi di situ.. Huhu
BalasHapusBetul..sy sendiri orang cilacap kalo dengar eksekusi ngeri ngeri sedap
HapusTerima kasih, sedikit banyak sudah memberikan gambaran terkait pulau nusakambangan
BalasHapusSemoga bermanfaat
HapusBermanfaat sekali, Kak. Saya jadi mendapat wawasan tambahan tentang Pula Nusakambangan
BalasHapusSama sama..makasih sudah berkunjung
HapusRahma
BalasHapus👍😊
HapusWah Yant baru tahu keadaan Nusakambangan. Seperti kebanyakan awalnya Yant hanya tahu penjara (bui), benar-benar membuka mindset Yant selama ini.
BalasHapusSemoga bermanfaat ya yant 😊
HapusWow... Ternyata ada keindahan dibalik ke-horor-an pulau yang terisolasi itu.
BalasHapusCoba kasih foto pemandangan Nusakambangan, Kak.. mungkin lebih hidup lagi rasanya.
Salam literasi
Siiap kak...lagi cari-cari foto buat update tulisan nih. Makasih masukannya
Hapus😊😊
BalasHapus