Sabtu, 14 September 2019

Membentuk Karakter Peduli, Membangun Budaya Nurani



Pendidikan yang mencerdaskan adalah pendidikan yang berasal dari hati. Sederhananya, untuk menjamin keterlaksanaan pendidikan karakter, pendidik atau guru harus memiliki hati yang peduli dan jiwa berkarakter terlebih dahulu. Karakter yang berarti tabiat, watak, sifat kejiwaan tercermin dalam sikap dan tingkah laku yang membedakannya dengan orang lain (KBBI Online, 2017), perlu dihidupi pendidik melalui keteladanan di setiap aspek pelaksanaan proses pembelajaran. Pendidik harus menerapkan karakter berdasarkan kematangan hati dan jiwanya sehingga mampu membelajarkan peserta didiknya menjadi manusia-manusia berkarakter.

Pendidikan karakter sendiri telah dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang dikuatkan dengan Peraturan Presiden nomor 87 tahun 2017, September lalu. Akan tetapi, minimnya pengetahuan pendidik mengenai penerapan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran, kebingungan pemilahan serta pemilihan nilai-nilai karakter yang harus diterapkan, bahkan kurangnya sikap keteladanan pendidik membuat permasalahan degradasi karakter bangsa Indonesia belum mampu teratasi.

Lebih lanjut, munculnya bias antara penerapan di lapangan dengan konsep agung pendidikan karakter menimbulkan permasalahan kompleks di kalangan pendidik. Ketidaksiapan sekolah dalam menggali ruh pendidikan karakter merupakan bahan evaluasi tersendiri bagi pemerintah. Bahkan hal ini menyebabkan signifikansi implementasi hasil pendidikan karakter begitu rendah. Karakter peserta didik yang diharapkan memiliki jiwa religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas, pada kenyataannya masih jauh dari harapan. Deviasi sosial di kalangan remaja pun makin marak terjadi, seperti tawuran, bullying, pergaulan bebas, penyalahgunaan NAPZA, pudarnya sikap hormat terhadap orang tua, bahkan hilangnya kepekaan sosial terhadap sesama.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan di tengah keruwetan moral anak bangsa adalah dengan membentuk karakter peduli, membangun budaya nurani. Karakter peduli merupakan watak atau tabiat yang menjunjung kepekaan sosial dalam segala aspek. Peduli berarti memperhatikan kondisi orang lain. Karakter peduli pun bersumber dari hati nurani yang memiliki kemampuan membedakan benar dan salah secara utuh. Kepedulian erat kaitannya dengan kepekaan seorang manusia dalam menyikapi permasalahan dan penderitaan lingkungan sekitarnya. Lebih jauh lagi, dalam karakter peduli terkandung tindakan aktif untuk memperbaiki penderitaan tersebut.

Membangun Budaya Nurani

Pembentukan karakter peduli dapat dilakukan dengan membangun budaya nurani. Artinya karakter peduli dibangun melalui penanaman nilai-nilai yang bersandar pada hati nurani manusia sebagai pondasi dasarnya. Proses penanaman dan pembentukan nilai-nilai kepedulian ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap.

Langkah pertama adalah Nilai. 
Sekolah dan keluarga sebagai lembaga pendidikan utama pembentuk kepribadian perlu menanamkan nilai-nilai kepedulian. Keluarga adalah pilar kekuatan bangsa yang harus membangun kepedulian antarsesama anggota keluarga bahkan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Sebagai contoh, dalam tindakan sehari-hari orangtua perlu memperhatikan anak dengan cara menanyakan aktivitas kesehariannya, memberikan pelukan, kehangatan kasih sayang untuk menguatkan nurani anak. Orangtua juga perlu mengembangkan kebiasan saling membantu sebagai wujud kepedulian di dalam keluarga. Sesekali orangtua perlu bertanya, “Sudah berapa kalikah engkau membantu orang lain hari ini, Nak?” Hal ini berarti orang tua mendorong anak mengasah kepekaan nuraninya dan berupaya membantu mengatasi permasalahan orang lain. Proses mengasah nurani setiap saat inilah yang pada gilirannya akan menjadikan anak memiliki kesadaran bertindak lebih baik dan bermanfaat untuk orang lain.

Munculnya kesadaran bertindak baik dan bermanfaat bagi orang lain harus diresponi sekolah dengan baik pula. Rumusan-rumusan nilai-nilai karakter di lingkungan sekolah dibangun berdasarkan urgensi kepedulian tiap-tiap peserta didik terhadap peraturan yang berlaku. Strategi penanaman nilai kepedulian secara bertahap sesuai jenjang pun dapat dilakukan melalui pengenalan nilai-nilai karakter peduli diri sendiri, peduli prestasi, peduli teman, peduli guru, peduli lingkungan, bahkan peduli bangsa dan peduli dunia. Budaya nurani, mendasarkan segala tindakan berdasarkan nilai baik dan buruk pun dibangun melalui prioritas kepedulian tersebut. Beberapa peserta didik perlu dibangun peduli prestasinya, namun beberapa perlu dibangun kepedulian terhadap lingkungannya, atau bahkan kombinasi dari beberapa karakter peduli tersebut. Kesungguhan sekolah menanamkan nilai-nilai kepedulian inilah yang akan menyukseskan terwujudnya pendidikan karakter.

Langkah yang kedua adalah Ulang. 
Artinya, nilai-nilai karakter peduli diri sendiri, peduli prestasi, peduli teman, peduli guru, peduli lingkungan, peduli bangsa dan peduli dunia harus terus menerus diulang-ulang dalam setiap kesempatan. Proses pengulangan nilai-nilai kepedulian tersebut juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan nyata seperti : bakti sosial, membantu teman yang sakit, membantu sekolah menjaga kebersihan lingkungan, bahkan peduli dengan peraturan rambu-rambu lalu lintas. Repetisi nilai-nilai kepedulian ini diharapkan dapat membangun akar kuat dalam jiwa peserta didik agar memiliki kepedulian dan kepekaan sosial yang nyata.

Langkah ketiga adalah Respek. 
Respek berarti hormat. Penting sekali mendasarkan karakter peduli melalui penghormatan terhadap Tuhan, orangtua, guru, dan alam sekitar. Respek mengandung arti bahwa membangun budaya nurani berarti membangun rasa hormat, kepatuhan, kesopanan yang sungguh-sungguh dari hati dalam setiap tindakan. Respek kepada Tuhan diwujudkan dalam kesungguhan beribadah dan mengaplikasikan nilai-nilai kedamaian. Respek terhadap orang tua dapat dilaksanakan melalui perbuatan-perbuatan yang sejalan dengan anjuran-anjuran orang tua. Respek terhadap guru dibangun melalui proses interaksi saling menghargai antara peserta didik dengan guru. Terakhir, respek terhadap alam sekitar diwujudkan melalui kesadaran menjaga kebersihan di lingkungannya. Terbangunnya sikap menghormati, kepatuhan dan kesopanan berdasarkan hati nurani akan membentuk manusia-manusia tangguh yang bermoral.

Langkah keempat adalah Afeksi. 
Afeksi mengandung makna kasih sayang. Pembentukan karakter peduli akan semakin kuat terbangun apabila dibarengi nilai afeksi didalamnya. Kehangatan kasih sayang antara orang tua – anak, guru – peserta didik, manusia – alam, manusia – Tuhan, akan memperkuat jati diri manusia sebagai insan yang peduli. Perlunya dibangun kondisi yang penuh kasih sayang mendorong rasa percaya diri seseorang dengan baik melalui penerimaan tulus terhadap segala kebaikan dan kekhilafannya. Pada gilirannya, kondisi afektif ini mampu membentuk pribadi yang hangat dan bermakna.

Langkah kelima adalah Netralitas. 
Tidak hanya afektivitas yang perlu dibangun, akan tetapi sikap netral dalam menyikapi perbedaan juga harus dikembangkan. Selagi seseorang memiliki kehangatan kasih sayang, ia perlu menjaga nuraninya dengan netralitas. Artinya, perlu menjaga kenetralan pada saat berbenturan dengan berbagai macam permasalahan kehidupan. Sikap netral yang dilandasi afektivitas mendorong munculnya jiwa dan karakter yang mantap.

Langkah terakhir adalah Insan Peduli. 
Keberhasilan pembangunan karakter peduli melalui budaya nurani adalah terbentuknya insan peduli. Insan peduli ini merupakan manusia-manusia tangguh namun memiliki kesadaran dan kepekaan yang luarbiasa terhadap Tuhan, keluarga, masyarakat, juga lingkungan alamnya. Terbentuknya insan-insan yang peduli secara tidak langsung akan memunculkan karakter-karakter lain, seperti nasionalisme, gotong royong, integritas, dan karakter lainnya.

NURANI, Nilai, Ulang, Respek, Afektif, Netralitas, dan Insan peduli, adalah sebagian kecil upaya untuk memperbaiki kondisi bangsa yang memprihatinkan. Nilai karakter peduli begitu penting untuk dibentuk melalui budaya nurani ini. Tujuan utamanya adalah membentuk insan yang sadar, peka, cerdas bersikap berdasarkan nuraninya. Selanjutnya, blue print pendidikan karakter bangsa pun harus dikaji ulang dengan cermat berdasarkan nilai karakter kepedulian ini. Tanpa nurani, tidak dapat terwujud kepedulian. Tanpa karakter peduli, tidak akan ada kesadaran dan kepekaan akan permasalahan bangsa. Pada gilirannya tanpa adanya kesadaran dan kepekaan, moral anak bangsa akan tetap terdegradasi. Oleh karena itu, mari bentuk karakter peduli, bangun bu
Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar