Minggu, 22 September 2019

Gemar Makan Ikan

Oleh : Ika Ratnani
Bau amis. Itu yang pertama kali kucium. Aroma yang betul-betul kuhindari. Kadangkala aroma itu terus tinggal di pucuk hidung, sementara sisa-sisanya terdiam di bak cucian atau teronggok di kantong sampah. Entah dari mana Ayah mendapatkan brekecek kali ini. Tebakanku pasti dari Kang Karto Tuying, teman Ayah yang nelayan itu. Teman Ayah memang baik hati dan lucu, tapi sepertinya dia tidak tahu betapa benci aku dengan bau amis.
"Nara, ayo dimakan brekeceknya ini. Enak lho!" Seru ayah memintaku bergabung makan siang dengan dengan beliau.
"Nara tidak mau, Yah. Bau amis. Pusing ini" jawabku lumayan ketus sambil berlalu ke kamar.
Ayah mengangkat bahunya lalu ke dapur menikmati brekecek patak jahan buatan ibu. Suara decak nikmat dari mulut beliau terdengar begitu menggoda. Tapi aku tetap bergeming. Aku tak kuat dengan bau amisnya.
Esok harinya, ketika aku sarapan pagi masih tersisa aroma ikan belanak semalam. Demi meredam rasa laparku, aku berusaha abaikan itu. Setelah bersiap, bersama ayah aku berangkat sekolah.
Di sekolah, entah kenapa Pak Guru ikut-ikutan membahas tentang ikan. Kata beliau, Gerakan Makan Ikan harus digalakkan.
"Potensi ikan di Indonesia itu 6, 8 juta ton per tahun. Dan sekitar 5, 12 juta ton dapat dikonsumsi. Ikan juga mengandung banyak protein dan rendah lemak. Jadi, sebagai wujud kecintaan terhadap bangsa ini, gemarilah ikan dalam aneka makananmu. Bisa dipahami?" Tanya Pak Guru yang dijawab serentak olehku dan teman-temanku.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha mengingat perkataan Pak Guru. Meskipun aku sulit untuk melakukannya.
"Ibu, aku pulang." Seruku di muka pintu memanggil ibuku.
Kulihat Kang Karto Tuying sedang bercakap dengan Ayah.
"Nah, ini anak wedok yang tidak suka ikan, Kang." Sambut Ayah saat aku mencium tangannya.
"Lah melas temen ya? Ikan itu enak dan bergizi, Nduk. Maraih pinter." Ekspresi Kang Karto Tuying membuatku ingin tertawa, tapi untuk kesopanan aku hanya tersenyum simpul.
Setelah berganti, aku mencari ibuku di dapur. Beliau tidak kelihatan. Di meja dapur kulihat ada makanan asing yang baunya sangat sedap. Aku mengambil satu dan memakannya. Tak kusangka, rasanya nikmat sekali. Ku ambil satu lagi dan lagi hingga hampir habis.
"Lho ini genduk doyan ikan juga?" Ibu menemui sambil membelai kepalaku.
"Ini dari ikan, Bu? Kok enak?" Tanyaku heran kepada ibu.
"Itu dari ikan tuna sayang...kamu doyan? Besok ibu masak lagi ya." Jawab ibu sumringah.
Aku lalu mengangguk seraya dalam hati meniatkan untuk ikut Gerakan Makan Ikan sesuai anjuran Pak Guru. Aku pun tersenyum membayangkan betapa luasnya laut Indonesia dan kini aku bisa menikmati hasil lautnya karena kepandaian ibuku mengolah makanan. Aku makin sayang dengan Ayah Ibuku.
Note :
Brekecek = bumbu pedas ala cilacap
Patak = kepala ikan
Jahan = nama ikan
Wedok = perempuan
Melas = kasian
Nduk = panggilan anak perempuan

3 komentar: