Sabtu, 14 September 2019

Karto Tuying dan Kapalnya

Kampung Laut terlihat sepi. Para nelayan yang biasanya tengah hari sudah kembali dari laut, belum nampak satu pun saat ini. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang selalu ramai juga tampak lengang. Jalan setapak kecil dari aspal seadanya di sebelah utara TPI malah hilir mudik anak-anak kecil yang bermain. Rambut tipis kemerahan yang  menghiasi putik kepala mereka begitu kontras dengan badan legamnya. Meski terik, mereka tampak asyik bermain sunda mandah. Kotak-kotak kecil bergambar pesawat terbang yang terbentang di tanah rawa di atas Kampung Laut.

Copyright by : labiru.com

Kampung mereka memang benar-benar di atas laut. Terhantam ombak setiap hari dengan aroma khas pesisir yang terkadang melegakan, tapi seringkali bau apak. Jajaran mangrove memanjang membelit di sekeliling kampung. Melindungi keberadaan Kampung Laut dari derasnya abrasi pantai. Rumah-rumah penduduk pun dibangun dari kayu-kayu kokoh yang menancap di dasar Segara Anakan.

Dari kejauhan, Karto Tuying dan kapal-kapal nelayan lain melajukan kapal comprengnya ke arah kampung laut. Di tengah luasnya samudera, bayangan mereka berangsur-angsur makin jelas. Karto Tuying tiba pertama kali di Kampung Laut. Mendekati haluan, mesin kapal ia matikan, lalu dengan gesit tangannya menambatkan sebuah tali dan mengikatnya pada sebuah tiang. Setelah mengemas hasil tangkapannya, Karto Tuying bergegas menuju rumah ketua RTnya.

"Pak RT, saya mau laporan." Ujar Karto Tuying lugas.
Pak RT yang sedang memperbaiki jaring di depan rumah menoleh.
"Lapor apa maning, Tuying?" Jawab Pak RT.
"Begini Pak, tadi hampir saja beberapa kapal nelayan tenggelam, Pak. Untung saja, kami masih selamat Pak." Karto Tuying memulai ceritanya.

"Memangnya apa yang menyebabkan kapalmu hampir tenggelam? Bukannya nelayan itu memang resiko utamanya tenggelam? Kamu kan bisa berenang, apanya yang ditakutkan? Badanmu basah?" Pak RT terkekeh dan dengan santai ingin berkelakar dengan Karto Tuying yang dikenalnya sebagai sosok lucu dan menghibur.

Namun raut wajah Karto Tuying kali ini nampak serius. Apalagi mendengar jawaban Pak RT yang seolah-olah kurang menanggapi.
"Aja kaya kuwe lah Pak. Saya sungguh-sungguh ini." Kepala Karto Tuying makin condong ke arah Pak RT. Matanya pun makin terbeliak ingin meyakinkan.
"Iya..baiklah, ceritakan Ying..bagaimana kamu bisa hampir tenggelam?" Jawab Pak RT menjadi serius.
"Pak, tadi mesin kapal saya macet di tengah laut dekat kapal besar pengangkut batu bara sana. Ternyata beberapa kapal lain jg macet. Perasaan sudah full solarnya masih juga macet. Saya lalu buka mesinnya dan saya menemukan beberapa plastik hitam menggulung di dekat baling-baling, Pak. Kapal lain pun sama. Ada plastik yang mengganggu baling-baling kapal, Pak." Karto Tuying bercerita dengan semangat.
"Lalu plastiknya kamu bawa pulang atau bagaimana?" Ledek Pak RT kemudian.
"Pak RT ini gimana? Wong plastiknya sudah robek masa saya bawa pulang, ya saya buang lagi ke laut, Pak. Coba tidak robek, tidak perlu bilang sudah saya simpan. Hahaha...Pak RT ini aneh ya." Jawab Karto Tuying dengan jujurnya.

Pak RT lalu tersenyum dan berkata perlahan, "Karto Tuying, mesin motormu macet karena sampah plastik bahkan badanmu harus basah karena harus menyelam memperbaiki kapal, Eh malah plastik itu kamu buang lagi di laut. Kamu kira plastik itu akan minggir sendiri lalu membuat kapal lain aman berlayar? Itu bahaya. Sampah di laut kalau tidak diambil nanti bakal jadi lautan sampah. Kamu mau mancing di atas sampah?" Gertak Pak RT kepada Karyo Tuying.
"Eeh..ya jangan Pak. Masa saya mau makan sampah? Bisa-bisa saya awet nanti. Emohlah. Ya sudah Pak RT, saya mau pamit dulu." Jawab Karto Tuying.
"Lha kemana? Katanya mau cerita-cerita?" Pak RT bingung melihat Karto Tuying bangkit berdiri.
"Saya mau ambil sampah di laut, Pak. Biar mesin saya tidak macet lagi. Saya manut sama Pak RT ini. Sudah ya Pak. Nanti saya laporan lagi." Karto Tuying berjalan ke arah sandaran kapalnya.

Dalam hati, Pak RT geli dengan tingkah Karto Tuying yang polos namun bertanggung jawab.


#tantangan1
#odopbatch7
#weekend
#odop
#daretodare
#Satnit
#holiday
#challenge

16 komentar:

  1. Keren tulisannya mbak ika ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..masih terus belajar mbaa.. beberapa hari kemarin vakum. Krn mendampingi aktivitas anak2. Semangat nulis

      Hapus
  2. Balasan
    1. Upss...lupa belum translate๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š
      Makasiiih ya

      Hapus
  3. lah kok pak RT malah geli ehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas mau buat ending, keburu ngantuk. Kalimat itu yg kepikiran ๐Ÿ˜‚

      Hapus
  4. Bisa kepikiran nama Karto Tuying ide dari mana mbak...bagus tulisannya ๐Ÿ˜

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya pengen nama khas daerah mba..tiba-tiba terlintas si tuying itu..hehe
      Makasih ๐Ÿ˜€

      Hapus
  5. Ringan tapi menghibur,, diksi di awal cerita aku suka banget๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus
  6. wkwkwkwk, lucu bgttt. Bisa ya kepikiran gini. Pesannya juga dapat ๐Ÿ˜…

    BalasHapus