Jumat, 27 September 2019

Ngrabuk Jiwo

Ardhan terdiam saat gurunya menyapa. Langkah Bu Arni bahkan terhenti melihat anak didiknya hanya mematung tanpa ekspresi. Matanya memandang ke depan sementara pikirannya melayang entah kemana. Setelah Bu Arni berdiri di depan Ardhan dan bertanya, barulah sahutan muncul dari mulut Ardhan.
"Gabut, Bu." Jawab Ardhan pada Bu Arni.


Kening Bu Arni mengkerut. Sebuah kata milik anak era milenial meluncur begitu saja dari mulut Ardhan. Bu Arni tertegun. Pikirannya mencoba mencerna. Lalu, Bu Arni memutuskan mengajak anak didiknya memasuki ruang kelas dan segera memulai pelajaran.
"Masuklah, Le. Ayo belajar." Ajak Bu Arni kepada Ardhan.


Di tengah asiknya diskusi para siswa, Ardhan seakan berkutat dengan pemikirannya sendiri. Celoteh kawan-kawan Ardhan tak dihiraukannya hingga tiba-tiba ia mengangkat jari. 
"Bu, Singapura ada salju tidak?". Tanya Ardhan serius.
Sontak teman-teman satu kelompok mencibir dan menyeringai. Sinisme yang berlebihan akhirnya dihentikan oleh Bu Arni demi menjaga mental si Ardhan. 

Copyright by : republika.id

"Baiklah, Ardhan. Ibu akan tanyakan satu pertanyaan sebelum menjawabmu. Kamu bawa atlas, Nak?" Tanya Bu Arni pelan.
"Bawa, Bu." Jawab Ardhan singkat.
"Tahukah kamu letak Indonesia? Dimana Singapura?" Tanya Bu Arni kembali.
"Di dekat garis khatulistiwa, Bu." Ardhan menjawab namun masih belum memahami.
"Nah, Indonesia itu sendiri memiliki iklim apa, Ardhan?" Lanjut Bu Arni menguji muridnya itu.
"Ah..tropis kan, Bu." Ardhan berbinar kembali.
"Nah, kalau iklim tropis apakah ada salju yang terjadi?" Kembali Bu Arni melempar pertanyaan kepada Ardhan.
"Ehm...mestinya tidak ada, Bu. Oiya, berarti Singapura pun tidak ada salju ya, Bu?" Akhirnya Ardhan mampu menjawab pertanyaannya sendiri.
"Nah, sudah mengerti ya." Jawab Bu Arni.


Dengan sepenuh hati, dilanjutkannya pokok bahasan hari itu hingga Ardhan mengangguk-angguk paham. Perlahan namun pasti, keterlibatan Ardhan di kelas meningkat.

Hingga bel berbunyi, murid-murid Bu Arni masih antusias belajar. Dengan bimbingan dan kerja tim, tugas yang diberikan oleh Bu Arni teratasi dengan baik. Bahkan Ardhan tak lagi gabut, melainkan mau terlibat dalam pembelajaran. Sampai ujung waktu, Bu Arni lalu menghela nafas pertanda satu tugas telah dilakukan. Ngrabuk jiwo atau memupuk jiwa-jiwa anak didiknya telah purna hari itu. Doa tulus Bu Arni agar mereka gemilang di masa depan menutup seluruh pengabdiannya untuk sehari. Semoga mereka bertumbuh dengan baik.

8 komentar:

  1. Andai saja semua guru juga berlaku seperti apa yang dilakukan Bu Arni..tentu indah sekali kolaborasi ortu di rumah dan di sekolah untuk anak negeri..hikss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul...ditambah dukungan ortu anak-anak pasti bisa lebih optimal

      Hapus
  2. ketika anak didik aktif di kelas itu rasanya bahagia gimana gitu ya

    BalasHapus