Minggu, 15 September 2019

Gaun Tutup Botol Pembawa Berkah

Pelajaran siang itu kosong. Guru yang mengajar kelas Nanda sedang dinas luar kota. Tugas yang diberikan oleh guru piket, sudah tuntas Nanda kerjakan. Nanda sedang menimbang-nimbang untuk membantu Bu Netty di ruang BK. Sebentar lagi, Nanda harus mengikuti Pemilihan Duta Lingkungan Hidup tingkat kabupaten mewakili sekolahnya. Nanda awalnya bingung, agak sangsi karena ia jarang bahkan tidak pernah terpikir berjalan seperti model di atas catwalk. Namun, permintaan Bu Netty untuk mengikuti lomba menjadi tantangan tersendiri baginya.

"Bilal, aku ijin ke BK dulu ya. Mau buat kostum nih." Seru Nanda kepada ketua kelas.
"Mana buku tugasmu? Kumpulkan dulu sini." Jawab Bilal.
"Sudah selesai semua, Bro. Aman terkendali. Udah ya.." Sambil menyerahkan buku tugasnya, Nanda tersenyum kepada Bilal dan keluar kelas.

Setelah ijin ketua kelas, Nanda menuju ruang BK. Bu Netty dan beberapa kawan Nanda dari kelas lain sudah menunggu. Mereka sibuk mencuci tutup botol air minum kemasan. Nanda lalu segera membantu kawan-kawannya. Percik air di antara beribu tutup botol air minum kemasan membuat baju seragam Nanda basah. Namun, ia senang karena pengalaman baru merangkai tutup itu menjadi sebuah pakaian sangat dinantikannya.

"Ayo..buruan kita mau rangkai tutup botolnya ini." Bu Netty segera meminta pada anak didiknya membawa tutup itu ke ruang dalam. Guru rupawan asal ranah minang itu memang tekun sekali membuat hasta karya. Kepandaiannya merangkai barang-barang bekas selalu teruji. Pakaian daur ulang yang Bu Netty buat seringkali memenangkan kompetisi di kabupaten. Selalu menjadi yang terbaik.

"Sebentar, Bu. Plastik-plastik ini saya buang dulu. Supaya tidak tertimbun di sini ya, Bu?" Tanya Nanda kepada gurunya itu.
"Iya, kamu buanglah di tempat sampah depan. Jangan lupa dipilah dulu ya supaya bisa kita buat ecobrick. Bilang Pak Supri botol plastiknya disimpan di karung dulu." Sahut Bu Netty kepada Nanda.
"Siap Bu." Jawab Nanda dan teman-temannya serempak.
Mereka segera menampung botol plastik dalam karung dan menyerahkan kepada Pak Supri. Ia ingin cepat-cepat merangkai tutup botol menjadi kostum megah.

"Kita pasang besi ini melingkar ya..setelah itu kita tempel tutup botolnya satu persatu." Arahan Bu Netty kepada Nanda dan anak lainnya.
"Bu, bentuk bunganya sudah bagus belum ini, Bu?" Tanya Nanda sambil menunjukkan hasil pekerjaannya kepada Bu Netty.
"Bagus Nanda. Tutup botol sudah pas di tengah-tengah." Bu Netty menepuk punggung Nanda sambil tersenyum.
Foto : dokumen pribadi


Hampir seminggu proses pembuatan kostum Duta Lingkungan Hidup dibuat. Hari kompetisi pun tiba. Nanda tegang namun mencoba tetap tenang. Di ruang ganti, Bu Netty bersiap memakaikan kostum kepada Nanda.
"Sini masukkan tangan ke sebelah sini." Instruksi Bu Netty agar Nanda menyelesaikan ganti kostumnya.
"Sudah kan? Sini Ibu tarik resletingnya dulu." Lanjut Bu Netty.
Tiba-tiba, resleting gaun itu macet. Sulit untuk ditarik ke atas juga ke bawah. Nanda gemetar. Ikut panik.
"Bu, gimana ini?" Tanya Nanda memelas.
"Sabar, Ibu beri minyak sedikit supaya licin ya." Bu Netty menenangkan Nanda.

Akhirnya, setelah menunggu beberapa saat, gaun itu terpasang sempurna di tubuh Nanda. Riasan tipis yang dipakaikan Bu Netty membuat Nanda terpukau akan dirinya sendiri. Ia tersenyum simpul melihat wajahnya di cermin. Dalam hati, Nanda bertekad melakukan sekuat tenaganya kali ini.

"Antrian nomor sembilan segera menempatkan diri." Himbau panitia.
Nanda yang sudah siap, segera naik ke karpet merah dan berlenggak lenggok seperti model profesional. Ia belajar di laman youtube tentang gerak seorang model. Tangannya rapat terangkat sambil melambai pelan ke arah penonton. Langkah kakinya berjalan silang menyilang anggun. Tak lupa senyuman menawan ia panahkan kepada seluruh juri. Penuh keyakinan Nanda melangkah.

"Gimana rasanya Nanda?" Tanya Bu Netty.
"Ibu, makasih Nanda bisa berhasil menjadi Duta Lingkungan kali ini karena bimbingan Ibu. Makasih ya Bu." Nanda mencium takzim tangan gurunya itu. Hatinya penuh rasa syukur, usahanya tidak sia-sia. Nanda percaya setiap pelajaran selalu membawa pengetahuan yang bermanfaat pada akhirnya.

11 komentar: