Minggu, 03 November 2019

CERITA BERSAMBUNG 3

CERBER
TANTANGAN ODOP BATCH 7

KSATRIA PENYU


Mario terbangun dengan wajah acak-acakan. Ara lebih kurang sama, mukanya penuh dedaunan kering yang menempel di pipi. Untung saja Kania tidak seperti kedua sahabatnya, hanya tertelungkup di antara Mario dan Ara. Cukup beruntung. 

“Dimana kita? Sepertinya kita tidak di benteng lagi? Bukankah kita tadi terjatuh? Kenapa sekarang berada di tempat ini?” Ara terus bertanya, namun Mario dan Kania hanya menggeleng berkali-kali.

“Sini aku bantu bersihkan baju kalian.” Ara tersadar lalu membantu sahabatnya membersihkan sisa-sisa daun kering dari baju Kania dan Mario. Baju kotak-kotak Mario terlihat lusuh, juga celana jeans Kania yang terlihat semburat lumpur di bagian kirinya. 

“Sudah lumayan sekarang. Nah, Mario, apa yang sekarang harus kita lakukan? Aku takut nih?” Ara cemas melihat sekelilingnya. Pohon-pohon meranti Jawa terlihat meranggas dan empat kali lebih besar dari tubuh mereka. Semak dan perdu yang mengering juga sepertinya membesar. Daun putri malu yang biasanya hanya selebar jari kelingking, kini memayungi tubuh ketiganya. Beruntung mereka tak tergores durinya dan jatuh di daun kering. Ara memandang Kania dan keduanya spontan bergidik ngeri. Kanan kirinya terlihat mengering dan gersang sekali.

“Dunia apa ini? Kenapa semuanya nampak lebih besar? Kenapa gersang sekali di sini?” Kania hampir menangis kalau saja Ara tidak menghiburnya. Sedangkan Mario masih memperhatikan perubahan yang terjadi. Sesekali geleng-geleng kepala pertanda banyak sekali pertanyaan singgah di benaknya.

Tiba-tiba bumi yang mereka pijak bergetar. Selang satu menit kemudian, tampak seekor penyu hijau raksasa mendekati Ara, Mario, dan Kania. Ketiganya hampir saja lari, akan tetapi langkah mereka memberat. Seolah-olah kaki mereka tertancap ke tanah padahal mereka hanya diam di tempat. Lutut dan tubuh mereka bergetar saking takutnya. 

“Perkenalkan aku seorang penyu raksasa. Namaku Chelone. Maaf membuat kalian takut. Aku tidak akan mencelakai kalian. Malah aku akan meminta bantuan kepada kalian. Mari, naiklah lebih dahulu ke punggungku. Sangat berbahaya berada di sini. Ada Ratu Petra yang akan menangkap kalian jika ia tahu ada manusia di dunia penyu.” Chelone menjelaskan kepada ketiganya. 

Masih takut-takut, Ara, Mario, dan Kania menurut ketika Chelone menurunkan kaki dan meminta mereka menaiki punggung Chelone yang keras dan dingin. Meskipun terlihat menakutkan, punggung Chelo ternyata sangat nyaman dinaiki. Cangkang yang kerang itu perlahan berjalan konsisten menjauhi hutan putri malu menuju sebuah pohon besar di tengah hutan. Sayup-sayup Ara mendengar debur ombak di kejauhan.

Di tengah hutan terdapat pohon besar dengan rumah yang cukup besar bagi manusia seukuran Ara, Mario, dan Kania. Mereka terpana melihat cahaya yang berpendar hijau di sekeliling pohon. Meskipun siang hari pohon itu terlihat redup. Chelone yang membawa Ara dan kawan-kawannya, berhenti dan menurunkan mereka.

“Chelone, tempat apakah ini? Kenapa semua tampak berbeda dengan dunia kami?” Ara masih saja penuh tanda tanya.

“Ketika kamu menyalakan lampu sorot di dalam terowongan benteng, pintu masuk ke dunia penyu terbuka, Ara. Terowongan ketiga menjadi jalur penghubung antara duniamu dengan dunia penyu. Lagipula kami sering ke duniamu untuk menitipkan telur-telur kami agar tetap selamat. Jalur ketigalah yang sering kami gunakan.” Chelone perlahan mengungkapkan keberadaan Ara dan kawan-kawannya di dunia penyu saat ini. Ara teringat dengan terowongan ketiga dengan jendela melingkar, gelap, dan memiliki cahaya hijau berpendar seperti yang dilihatnya di pohon besar sekarang.

“Kami sedang diserang Ratu Petra dan pasukannya. Dunia kami porak poranda bahkan akibat percik minyak yang digunakan sebagai senjata pasukan Ratu Petra membuat tanaman di sekitar pulau ini tidak dapat bertumbuh, Ara. Belum lagi ratusan tukik yang disandera. Anak-anak penyu malang itu bakal sulit bertahan. Oleh karena itu, aku memanggilmu dan teman-temanmu. Kalian memiliki sesuatu yang luar biasa di tangan kalian. Aku bahkan yakin kalian dapat mengalahkan Ratu Petra.” Sudut moncong Chelone nampak bergerak-gerak. Cangkangnya naik-turun menahan kekhawatiran akan tukik-tukik yang disandera.

“Chelone, maaf, kenapa harus kami? Kami masih kecil. Kami bahkan belum dewasa untuk memahami sebuah pertempuran. Mengapa Chelone?” Mario yang sedari tadi terdiam kembali bersuara.

“Ah, si pendiam nan jenius ini memang selalu penuh tanda tanya. Ara, Mario, Kania kemurnian hati kalianlah yang dapat mengantar kalian ke dunia kami. Ingatkah kalian saat memasuki ruang-ruang benteng? Kalian bertekad untuk menjaga dan melestarikan keberadaan tempat bersejarah itu, bukan? Nah, kalau Ratu Petra berhasil mengetahui jalur penghubung di terowongan ketiga, maka ia akan mengobrak-abrik Benteng Pendem dan membuatnya runtuh. Apakah kalian suka dengan hal tersebut?” Panjang lebar Chelone memberi penjelasan agar anak-anak di depannya tak lagi ketakutan.
Dari balik pohon besar, muncul sekelompok penyu hijau yang lebih keci dari Chelone. Akan tetapi dibanding ukuran manusia, tubuh penyu-penyu itu sangat besar. Mereka berjalan pelan seakan tidak mau membuat Ara dan kawannya takut.

“Nah, ini dia pasukanku. Pasukan Chelone Mydas yang hari ini akan berjuang bersama kalian menyelamatkan tukik-tukik yang disandera Ratu Petra.” Seru Chelone kegirangan.

“A a a apa kami harus bertempur?” Kania gagap seketika menanggapi perkataan Chelone.

“Bantulah kami, teman. Dunia penyu membutuhkan kalian agar bisa tetap lestari.” Pinta Chelone diikuti oleh kelompoknya seperti sedang merintih.

“Baiklah, kami akan membantu,” kata Mario.

“Namun, apa yang kami miliki, Chelone? Bagaimana cara kami melawan Ratu Petra yang sangat sakti?” Tanya Mario selanjutnya.

“Bukalah tas kalian. Ayah Ara telah membekali dengan Kerang Bintang untuk berjaga-jaga. Rupanya Ayah Ara adalah Ksatria Penyu terdahulu. Ara, buka tasmu.” Perintah Chelone.

Ara kemudian teringat Ayahnya saat sedang mengemasi tasnya pagi itu. Ara tidak menyadari maksud Ayahnya ketika sebuah kotak mirip kompas diberikan Ayahnya kepada Ara. 

“Bawalah, supaya kamu tidak tersesat.” Kata Ayah Ara singkat.

“Ah, Ayah. Kami kan hanya bermain di sekitar benteng. Tak akan tersesat, Yah.” Jawab Ara pagi itu.

Kini dengan penuh haru, dibukanya kotak kompas itu. Di dalammnya terdapat tiga kerang bintang yang memancarkan sinar terang menyilaukan. Tangan Ara bergetar hebat ketika mengambil salah satu kerang bintang itu. Tekadnya menguat. Ara harus membantu agar tukik dan dunia penyu terselamatkan.

“Chelone, aku akan membantumu. Mario, Kania, terimalah kerang bintang ini. Apabila Ayahku seorang Ksatria Penyu, maka aku, anaknya pun akan membantu menyelamatkan dunia penyu dari kejahatan Ratu Petra. Ayo kita segera serang Ratu Petra dan pasukannya.” Ara nampak bersemangat sambil mengepalkan tangannya.

“Sabar ... sabar. Kita harus membuat perencanaan agar serangan kita tidak sia-sia, Ara. Waktu sudah sore. Kalian harus memulihkan tenaga terlebih dahulu. Esok pagi, kita akan menyerang kerajaan Ratu Petra bersama-sama.” Chelone lalu membimbing ketiga sahabat menuju rumah pohon. Dalam hatinya mendoa, semoga tukik-tukik bertahan satu hari lagi hingga kedatangan Chelone dan para Ksatria Penyu.

Bersambung Part-4

#TANTANGAN8_SERI3
#ODOPBATCH7 
#THELASTFORTHEBEST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar