TANTANGAN ODOP BATCH 7
KSATRIA PENYU
Mario terbangun dengan wajah
acak-acakan. Ara lebih kurang sama, mukanya penuh dedaunan kering yang menempel
di pipi. Untung saja Kania tidak seperti kedua sahabatnya, hanya tertelungkup
di antara Mario dan Ara. Cukup beruntung.
“Dimana kita? Sepertinya kita
tidak di benteng lagi? Bukankah kita tadi terjatuh? Kenapa sekarang berada di
tempat ini?” Ara terus bertanya, namun Mario dan Kania hanya menggeleng
berkali-kali.
“Sini aku bantu bersihkan baju
kalian.” Ara tersadar lalu membantu sahabatnya membersihkan sisa-sisa daun
kering dari baju Kania dan Mario. Baju kotak-kotak Mario terlihat lusuh, juga
celana jeans Kania yang terlihat semburat lumpur di bagian kirinya.
“Sudah lumayan sekarang. Nah,
Mario, apa yang sekarang harus kita lakukan? Aku takut nih?” Ara cemas melihat
sekelilingnya. Pohon-pohon meranti Jawa terlihat meranggas dan empat kali lebih
besar dari tubuh mereka. Semak dan perdu yang mengering juga sepertinya
membesar. Daun putri malu yang biasanya hanya selebar jari kelingking, kini
memayungi tubuh ketiganya. Beruntung mereka tak tergores durinya dan jatuh di
daun kering. Ara memandang Kania dan keduanya spontan bergidik ngeri. Kanan
kirinya terlihat mengering dan gersang sekali.
“Dunia apa ini? Kenapa semuanya
nampak lebih besar? Kenapa gersang sekali di sini?” Kania hampir menangis kalau
saja Ara tidak menghiburnya. Sedangkan Mario masih memperhatikan perubahan yang
terjadi. Sesekali geleng-geleng kepala pertanda banyak sekali pertanyaan
singgah di benaknya.
Tiba-tiba bumi yang mereka pijak
bergetar. Selang satu menit kemudian, tampak seekor penyu hijau raksasa
mendekati Ara, Mario, dan Kania. Ketiganya hampir saja lari, akan tetapi
langkah mereka memberat. Seolah-olah kaki mereka tertancap ke tanah padahal
mereka hanya diam di tempat. Lutut dan tubuh mereka bergetar saking takutnya.
“Perkenalkan aku seorang penyu
raksasa. Namaku Chelone. Maaf membuat kalian takut. Aku tidak akan mencelakai
kalian. Malah aku akan meminta bantuan kepada kalian. Mari, naiklah lebih
dahulu ke punggungku. Sangat berbahaya berada di sini. Ada Ratu Petra yang akan
menangkap kalian jika ia tahu ada manusia di dunia penyu.” Chelone menjelaskan
kepada ketiganya.
Masih takut-takut, Ara, Mario,
dan Kania menurut ketika Chelone menurunkan kaki dan meminta mereka menaiki
punggung Chelone yang keras dan dingin. Meskipun terlihat menakutkan, punggung
Chelo ternyata sangat nyaman dinaiki. Cangkang yang kerang itu perlahan
berjalan konsisten menjauhi hutan putri malu menuju sebuah pohon besar di
tengah hutan. Sayup-sayup Ara mendengar debur ombak di kejauhan.
Di tengah hutan terdapat pohon
besar dengan rumah yang cukup besar bagi manusia seukuran Ara, Mario, dan
Kania. Mereka terpana melihat cahaya yang berpendar hijau di sekeliling pohon. Meskipun
siang hari pohon itu terlihat redup. Chelone yang membawa Ara dan kawan-kawannya,
berhenti dan menurunkan mereka.
“Chelone, tempat apakah ini?
Kenapa semua tampak berbeda dengan dunia kami?” Ara masih saja penuh tanda
tanya.
“Ketika kamu menyalakan lampu
sorot di dalam terowongan benteng, pintu masuk ke dunia penyu terbuka, Ara. Terowongan
ketiga menjadi jalur penghubung antara duniamu dengan dunia penyu. Lagipula
kami sering ke duniamu untuk menitipkan telur-telur kami agar tetap selamat.
Jalur ketigalah yang sering kami gunakan.” Chelone perlahan mengungkapkan
keberadaan Ara dan kawan-kawannya di dunia penyu saat ini. Ara teringat dengan
terowongan ketiga dengan jendela melingkar, gelap, dan memiliki cahaya hijau
berpendar seperti yang dilihatnya di pohon besar sekarang.
“Kami sedang diserang Ratu Petra
dan pasukannya. Dunia kami porak poranda bahkan akibat percik minyak yang
digunakan sebagai senjata pasukan Ratu Petra membuat tanaman di sekitar pulau
ini tidak dapat bertumbuh, Ara. Belum lagi ratusan tukik yang disandera. Anak-anak
penyu malang itu bakal sulit bertahan. Oleh karena itu, aku memanggilmu dan
teman-temanmu. Kalian memiliki sesuatu yang luar biasa di tangan kalian. Aku bahkan
yakin kalian dapat mengalahkan Ratu Petra.” Sudut moncong Chelone nampak
bergerak-gerak. Cangkangnya naik-turun menahan kekhawatiran akan tukik-tukik
yang disandera.
“Chelone, maaf, kenapa harus
kami? Kami masih kecil. Kami bahkan belum dewasa untuk memahami sebuah
pertempuran. Mengapa Chelone?” Mario yang sedari tadi terdiam kembali bersuara.
“Ah, si pendiam nan jenius ini
memang selalu penuh tanda tanya. Ara, Mario, Kania kemurnian hati kalianlah
yang dapat mengantar kalian ke dunia kami. Ingatkah kalian saat memasuki
ruang-ruang benteng? Kalian bertekad untuk menjaga dan melestarikan keberadaan
tempat bersejarah itu, bukan? Nah, kalau Ratu Petra berhasil mengetahui jalur
penghubung di terowongan ketiga, maka ia akan mengobrak-abrik Benteng Pendem
dan membuatnya runtuh. Apakah kalian suka dengan hal tersebut?” Panjang lebar
Chelone memberi penjelasan agar anak-anak di depannya tak lagi ketakutan.
Dari balik pohon besar, muncul
sekelompok penyu hijau yang lebih keci dari Chelone. Akan tetapi dibanding
ukuran manusia, tubuh penyu-penyu itu sangat besar. Mereka berjalan pelan
seakan tidak mau membuat Ara dan kawannya takut.
“Nah, ini dia pasukanku. Pasukan
Chelone Mydas yang hari ini akan berjuang bersama kalian menyelamatkan
tukik-tukik yang disandera Ratu Petra.” Seru Chelone kegirangan.
“A a a apa kami harus bertempur?”
Kania gagap seketika menanggapi perkataan Chelone.
“Bantulah kami, teman. Dunia
penyu membutuhkan kalian agar bisa tetap lestari.” Pinta Chelone diikuti oleh
kelompoknya seperti sedang merintih.
“Baiklah, kami akan membantu,”
kata Mario.
“Namun, apa yang kami miliki,
Chelone? Bagaimana cara kami melawan Ratu Petra yang sangat sakti?” Tanya Mario
selanjutnya.
“Bukalah tas kalian. Ayah Ara
telah membekali dengan Kerang Bintang untuk berjaga-jaga. Rupanya Ayah Ara
adalah Ksatria Penyu terdahulu. Ara, buka tasmu.” Perintah Chelone.
Ara kemudian teringat Ayahnya
saat sedang mengemasi tasnya pagi itu. Ara tidak menyadari maksud Ayahnya
ketika sebuah kotak mirip kompas diberikan Ayahnya kepada Ara.
“Bawalah, supaya kamu tidak
tersesat.” Kata Ayah Ara singkat.
“Ah, Ayah. Kami kan hanya bermain
di sekitar benteng. Tak akan tersesat, Yah.” Jawab Ara pagi itu.
Kini dengan penuh haru, dibukanya
kotak kompas itu. Di dalammnya terdapat tiga kerang bintang yang memancarkan
sinar terang menyilaukan. Tangan Ara bergetar hebat ketika mengambil salah satu
kerang bintang itu. Tekadnya menguat. Ara harus membantu agar tukik dan dunia
penyu terselamatkan.
“Chelone, aku akan membantumu.
Mario, Kania, terimalah kerang bintang ini. Apabila Ayahku seorang Ksatria
Penyu, maka aku, anaknya pun akan membantu menyelamatkan dunia penyu dari
kejahatan Ratu Petra. Ayo kita segera serang Ratu Petra dan pasukannya.” Ara
nampak bersemangat sambil mengepalkan tangannya.
“Sabar ... sabar. Kita harus
membuat perencanaan agar serangan kita tidak sia-sia, Ara. Waktu sudah sore. Kalian
harus memulihkan tenaga terlebih dahulu. Esok pagi, kita akan menyerang
kerajaan Ratu Petra bersama-sama.” Chelone lalu membimbing ketiga sahabat
menuju rumah pohon. Dalam hatinya mendoa, semoga tukik-tukik bertahan satu hari
lagi hingga kedatangan Chelone dan para Ksatria Penyu.
Bersambung Part-4
#TANTANGAN8_SERI3
#ODOPBATCH7
#THELASTFORTHEBEST
#THELASTFORTHEBEST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar